Friday, January 21, 2011

LEGENDA KEDATANGAN SUKU DAYAK BENAWAS KE BUMI LAWANG KUARI


LEGENDA ASAL USUL SUKU BENAWAS
Hampir Semua suku Dayak di Kabupaten sekadau menyatakan dirinya berasal dari sebuah tempat yaitu LABAI LAWAI, namun demikian ada juga yang menceritakan bahwa mereka berasal dari Tanah Tampun Jauh.
Entah berapa puluh bahkan ratus tahun yang lalu, tersebutlah sebuah perkampungan yang bertempat di Labai Lawai ( sekarang terdapat di Bagian Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat ). Diperkampungan tersebut pada awalnya masyarakat disitu hidup dengan Damai tentram dan saling menghargai, sampai suatu ketika terjadilah perang, perang ini bukan melawan manusia melainkan melawan hantu, kisahnya ada tika kali serangan dari hantu, yang pertama adalah serangan berupa Cacing yang teramat banyak, sehingga hamper seluruh wilayah perkampungan tersebut dipenuhi oleh cacing cacing, serangan ke dua adalah,………. Namun kedua serangan tersebut masih bias dilumpuhkan oleh penduduk, hingga pada serangan ke tiga dimana seluruh tempat dipenuhi aleh kotoran serupa kotoran manusia, sampai nasi dan sayur pun semuanya berubah menjadi kotoran tersebut, pada kampong tersebut terdapat tiga orang Panglima, penuh dengan kebijaksanaan mereka memilih tiga perahu yangpaling besar dan sepakat untuk pergi meninggalkan tempat tersebut
Mereka memerintahkan agar semua penduduk mengumpulkan semua barang barang milik mereka dan diangkut menggunakan tiga buah perahu tersebut, malang bagi mereka ketiga perahu tersebut tidak mampu untuk muatan yang banyak terdiri dari manusia dan barang barang mereka, dan demi keselamatan ke tiga Panglima tersebut memerintahkan agar segala barang yang tidak terlalu penting untuk dibuang ke dalam sungai, Suku Dayak Benawas mengenalnya dengan sebutan Sungai Pulang Balik, dikatakan sungai pulang balik adalah karena pada pagi hari airnya mengalir ke Hilir dan pada sore hari Arusnya mengalir ke Hulu,
pada saat sekarang dapat dijelaskan secara ilmiah, dimana daerah Labai lawai adalah daerah pesisir laut, kemungkinan sungai tersebut termasuk kepada golongan sungai ROB, yaitu arusnya dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.
Dengan penuh keyakinan pengikut ketiga Panglima tersebut membuang segala piring, mankuk, tempayan, bahkan senjata mereka sambil berucap, “Kelak bila ada diantara keturunan kami yang menyelam ditempat ini, mereka akan mendapatkan kembali barang barang milik kami ini dan akan terbebas dari incaran Buaya”. Karena memang disungai tersebut terkenal dengan banyaknya Buaya Muara, yaitu salah satu predator asli Kalimantan.
Akirnya perahu pun bias digunakan untuk mudik mengikuti arus sungai, dan akirnya sampai ke sungai Kapuas, mereka terus mudik dalam tiga rombongan berbeda dan dipimpin oleh masing masing Panglima mereka, Rombongan pertama dipimpin oleh Panglima Ansao Udao, Perahu kedua dipimpin oleh Panglima Kalatn Serengi, dan perahu ke tiga dipimpin oleh Panglima Demang Nutup.
Setelah sekian jauh berlayar mudik kehulu sungai, sampailah kelompok pertama di sebuah anak sungai yang sekarang dikenal dengan nama Sungai Benawas, bertempat di Serirang kampong serirang, mereka beristirahat dan berencana untuk membuat pemukiman baru di situ, perahu yang mereka tumpangi disimpan agak masuk kedalam anak sungai tersebut, dan sebagai tanda bagi rombongan kedua dan ke tiga, oleh anak buah panglima Ansao udao, dibuatlah sebuah Kecuai ( Semacam tanda jejak pada kepramukaan), dibuat dengan memotong sebatang kayu ( dulu masih ada sisa pohon tersebut, namun sekarang telah hilang dimakan usia ), sayangnya agak kedalam, dan ini juga penyebab mengapa perahu kedua yang diketuai oleh Panglima Kalatn Serengi terus berlayar, ke hulu sungai dan karena tidak melihat lagi rombongan pertama, mereka memilih untuk masuk kedalam sungai sekadau tanpa membuat kecuai seperti yang dilakukan ileh kelompok pertama. dan rombongan inilah yang menjadi cikal bakal Masyarakat benawas yang terdapat di daerah sungai tersebut seperti setawar dan kedomba.
Perahu yang ketiga dikisahkan mereka terus berlayar sampai ke hulu Kapuas, dan tidak ada sumber yang dapat menceritakan didaerah mana mereka singgah, namun demikian memang ada suku didaerah sintang yang memiliki kesamaan dalam logat bicaranya yaitu suku Lebang Nado, namun itu hanya prediksi kami sebagai penulis, tanpa ada keinginan untuk mengklaim mereka adalah bagian dari pengikut panglima Demang Nutup.