Monday, August 13, 2012

A. Sejarah Sekadau

Nama Sekadau terambil dari sejenis pohon yang banyak tumbuh di muara sungai Sekadau. Penduduk setempat menamakannya Batang Adau. Asal mula penduduk Sekadau adalah pecahan rombongan Dara Nante yang di bawah pimpinan Singa Patih Bardat dan Patih Bangi yang meneruskan perjalanan ke hulu sungai Kapuas. Rombongan Singa Patih Bardat menurunkan suku Kematu, Benawas, Sekadau dan Melawang. Sedangkan rombongan Patih Bangi adalah leluhur suku Dayak Melawang yang menurunkan raja-raja Sekadau. Mula-mula kerajaan Sekadau terletak di daerah Kematu, lebih kurang 3 kilometer sebelah hilir Rawak. Raja pertama Sekadau adalah Pangeran Engkong yang memiliki tiga putra, yakni Pangeran Agong, Pangeran Kadar dan Pangeran Senarong. Sesudah Pangeran Engkong wafat, kerajaan diteruskan oleh putra keduanya, Pangeran Kadar, karena dinilai lebih bijaksana dari putra-putra yang lain. Karena kecewa, Pangeran Agong kemudian meninggalkan Sekadau menuju daerah Lawang Kuwari. Sedangkan Pangeran Senarong kemudian menurunkan penguasa kerajaan Belitang. Setelah Pangeran Kadar wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh putra mahkota Pangeran Suma. Pangeran Suma pernah dikirim orangtuanya untuk memperdalam pengetahuan agama Islam ke kerajaan Mempawah, karena itu pada masa pemerintahannya agama Islam berkembang pesat di kerajaan Sekadau. Ibukota kerajaan kemudian dipindahkan ke kampung Sungai Bara dan sebuah masjid kerajaan didirikan di sana. Pada masa ini pula Belanda sampai ke kerajaan Sekadau. Pangeran Suma kemudian digantikan oleh putra mahkota Abang Todong dengan gelar Sultan Anum. Lalu digantikan lagi oleh Abang Ipong bergelar Pangeran Ratu yang bukan keturunan raja namun naik tahta karena putra mahkota berikutnya belum cukup dewasa. Setelah putra mahkota dewasa, ia pun dinobatkan memerintah dengan gelar Sultan Mansur. Kerajaan Sekadau kemudian dialihkan kepada Gusti Mekah dengan gelar Panembahan Gusti Mekah Kesuma Negara karena putra mahkota berikutnya, yakni Abang Usman, belum dewasa. Abang Usman kemudian dibawa ibunya ke Nanga Taman. Sesudah pemerintahan Panembahan Gusti Mekah Kesuma Negara berakhir, Panembahan Gusti Akhmad Sri Negara dinobatkan naik tahta. Tetapi oleh penjajah Belanda, panembahan beserta keluarganya kemudian diasingkan ke Malang, Jawa Timur, dengan tuduhan telah menghasut para tumenggung untuk melawan Belanda. Karena peristiwa tersebut, Panembahan Haji Gusti Abdullah kemudian diangkat dengan gelar Pangeran Mangku sebagai wakil panembahan. Ia pun dipersilakan mendiami keraton. Belum lama setelah penobatannya, Pangeran Mangku wafat. Ia kemudian digantikan oleh Panembahan Gusti Akhmad, kemudian Gusti Hamid. Raja Sekadau berikutnya adalah Panembahan Gusti Kelip. Tahun 1944 Gusti Kelip tewas dibunuh penjajah Jepang. Pihak Jepang kemudian mengangkat Gusti Adnan sebagai pembesar kerajaan Sekadau dengan gelar Pangeran Agung. Ia berasal dari Belitang. Juni 1952, bersama Gusti Kolen dari kerajaan Belitang, Gusti Adnan menyerahkan administrasi kerajaan kepada pemerintah Republik Indonesia di Jakarta. dan pada tahun 2003 menjadi kabupaten. B. Letak Geografis Kabupaten Sekadau merupakan Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Sanggau. Secara geografis, KabupatenSekadau terletak di 0 38' 23'' Lintang Utara sampai dengan 0 44' 25'' Lintang Selatan dan 110 33' 07'' Bujur Barat sampai dengan 111 17' 44'' Bujur Timur. 1.1. Utara : Kabupaten Sintang Selatan : Kabupaten Ketapang Barat : Kabupaten Sintang Timur : Kabupaten Sanggau The Administrative Boundaries of Sekadau are bordered by : North : Regency of Sintang South : Regency of Ketapang West : Regency of Sintang East : Regency of Sanggau a. Topografi dan Sungai Kondisi topografi di Kabupaten Sekadau merupakan kondisi alam yang berupa daratan dan perbukitan. Tingkat ketinggian daratan apabila diukur dibawah permukaan laut (dpl) berada pada kisaran 0 meter dpl sampai dengan 1.000 meter dpl. b. Topographics and Rivers The natural topographics condition of Sekadau Regency are mainly plain lands and hills with the level from 0 meter to 1.000 meters above sea level. Ada tiga sungai utama yang melintasi wilayah Kabupaten Sekadau yaitu : Sungai Kapuas, Sungai Sekadau dan Sungai Ayak. There are 3 main rivers crossing The Sekadau Regency, those are: Kapuas River, Sekadau River and Ayak River. C. Letak Wilayah Luas Wilayah Kabupaten Sekadau yang terbentang dari Kecamatan Nanga Mahap sampai dengan Kecamatan Belitang Hulu seluas 5.444,3 Km2. Kecamatan terbesar luasnya adalah Kecamatan Belitang Hulu dengan luas 1.162,7 Km2 atau sekitar 21,36 persen dari luas Kabupaten Sekadau, sedangkan kecamatan yang terkecil luasnya adalah kecamatan Belitang dengan luas 281 Km2 atau sekitar 5,16 persen dari luas Kabupaten Sekadau. Kecamatan menuju Kabupaten Sekadau, yang memiliki jarak tempuh terjauh adalah Kecamatan Belitang Hulu (Balai Sepuak) dengan jarak tempuh 112,20 km. Sedangkan yang memiliki jarak tempuh terpendek adalah Kecamatan Sekadau Hulu (Rawak) dengan jarak 20,35 km. D. JenisTanah Dilihat dari jenis tanahnya, sebagian besar daerah Kabupaten Sekadau adalah jenis tanah PMK (Poldosit Merah Kuning) yaitu sebesar 390.951 Ha, dan sisanya terdiri atas Podsol (26,68%) dan alluvial (1,51 %). Jenis Kandungan tanah yang terdapat di Kabupaten Sekadau sebagian besar adalah Plistosen-Pliosen (47,77 %), Intrusif dan Plutonik Basa Menengah (31,49 %) dan sisanya terdiri atas kwartier, Sekis Hablur,Intrusif dan Plutonik Asam, Permo Karbon, Trias dan Efusif Menengah. Umumnya keadaan topografi Kabupaten Sekadau terdiri atas wilayah dengan keadaan kelas lereng antara 2% sd 15 % (325.210 hektar). Sedangkan kelas lereng yang melebihi 40 % sebesar 32.320 hektar. E. Penduduk Penduduk Kabupaten Sekadau pada tahun 2009 mencapai 180. 649 jiwa. Dari jumlah tersebut penduduk laki - laki berjumlah 92.513 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 88.136 jiwa sehingga sex rasionya menjadi 104,97, yang berarti dari jumlah penduduk perempuan 100 jiwa terdapat 105 jiwa penduduk laki - laki. Apabila dilihat dari kelompok umur maka sebagian besar penduduk Kabupaten Sekadau berada pada kelompok umur muda yaitu 0 - 44 tahun. Pada tahun 2009 ini tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Sekadau mencapai 1,47 persen. Namun tidak semua kecamatan mengalami pertumbuhan penduduk diatas satu persen, hanya empat kecamatan yang mengalami pertumbuhan diatas satu persen yaitu : Kecamatan Sekadau Hulu (2,74%), Sekadau Hilir (1,79%), Kecamatan Belitang (1,37%) dan Nanga Taman (1,25%). Keterbandingan penduduk per kecamatan, yang paling banyak penduduknya berada di Kecamatan Sekadau Hilir sebanyak 52.830 jiwa (29,24%) sedangkan yang paling sedikit penduduknya berada di Kecamatan Belitang sebanyak 11.359 jiwa (6,29%). G. Ketenagakerjaan Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) yang dilaksanakan oleh BPS pada Bulan Agustus 2009 menghasilkan angka angkatan kerja dan pengangguran. Hasil SAKERNAS 2009 di Kabupaten Sekadau berupa 76,22% penduduk merupakan angkatan kerja. Dengan sebaran penduduk yang bekerja/melakukan pekerjaan sebesar 96,86%, menganggur sebanyak 3,14%, Sekolah 12,93%, Mengurus Rumahtangga 15,23%, dan lainnya 3,03%. Sedangkan untuk lapangan kerja utama bagi penduduk yang bekerja sebagian besar berada pada sektor Pertanian yaitu sebesar 84,86%. Berdasarkan data dari Dinas Sosial Tenagakerja dan Tranmigrasi, jumlah pencari kerja di Kabupaten Sekadau yang terdaftar berjumlah 1.336 orang, dari jumlah tersebut sebagian besar berasal dari Kecamatan Sekadau Hilir dengan jumlah 462 orang (34,58%). Apabila dilihat dari tingkat pendidikannya sebagian besar pencari kerja tersebut merupakan lulusan SMA sebanyak 487 orang (36,45%). Sedangkan dari jumlah pencari kerja yang telah tersalurkan sejumlah 1.336 orang. H. Koperasi dan UKM Berdasarkan data Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Investasi Kabupaten Sekadau, pada tahun 2009 terdapat 33 unit usaha di Nanga Mahap, 74 unit di Nanga Taman, 31 unit di Sekadau Hulu, 51 unit di Sekadau Hilir, 26 unit di Belitang Hilir, 16 unit di Belitang, dan 22 di Belitang Hulu. Dilihat dari jenis usaha, industri pengolahan di Kabupaten Sekadau yang berjumlah 36 industri, hampir 98% bergerak dibidang makanan seperti industri roti sebanyak 5 usaha (13,89%), industri kerupuk dan tahu/tempe masing-masing sebanyak 14 usaha (38,89%) dan industri minuman sebanyak 4 usaha (11,11%). Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu bidang yang dapat memperbaiki keadaan suatu daerah, Hal ini karena Sektor pendidikan dapat memperbaiki kualitas sumber daya manusia menjadi potensial dan produktif bagi pembangunan suatu daerah. Sampai dengan tahun 2009 sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Sekadau mencapai 302 unit sekolah yang meliputi sekolah negeri maupun swasta, yang terdiri dari 17 Taman Kanak - Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA); 209 Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI); 59 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs); 17 Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah (MA). Ketersediaan Sekolah membutuhkan tenaga pengajar/ guru, di Kabupaten Sekadau jumlah guru mencapai 2.677 orang yang terdiri dari 36 guru TK dan guru Raudatul Athfal; 1.755 guru SD dan guru MI; 645 guru SLTP dan guru MTs; 241 guru SMU, guru SMK dan guru MA. Sedangkan jumlah murid yang diajar sebanyak 42.147 murid, yang terdiri dari 582 murid TK dan murid Raudatul Athfal; 28.035 murid SD dan murid MI; 8.797 murid SLTP dan murid MTs; 4.733 murid SMU, murid SMK dan murid MA. Kesehatan Dibidang Kesehatan Kabupaten Sekadau sudah memiliki beberapa fasilitas kesehatan seperti sebuah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), 12 puskesmas dan 58 puskesmas pembantu, 22 praktek dokter dan 79 praktek bidan yang tersebar di tujuh kecamatan. Untuk melaksanakan pelayanan kesehatan di Kabupaten Sekadau tersedia tenaga kesehatan yang meliputi : 24 dokter (dokter umum dan dokter gigi), 147 perawat dan 79 bidan yang kesemuanya tersebar di tujuh kecamatan di Kabupaten Sekadau. Agama Banyaknya tempat peribadatan di Kabupaten Sekadau sebanyak 691 buah yang terdiri dari 118 mesjid, 115 mushala, 117 gereja protestan, 337 gereja katolik, 2 vihara dan 2 kelenteng. Pada tahun 2009 jumlah muzzaki di Kabupaten Sekadau berjumlah 15.196 jiwa. Mereka memberikan zakat fitrah sebesar Rp.103.536.700,- dan beras seberat 19.037 Kg. Zakat fitrah tersebut disalurkan kepada para mustahiq sebanyak 4.466 orang. Jemaah haji di Kabupaten Sekadau di tahun 2009 sebanyak 49 orang. Transportasi dan Telekomunikasi Transportasi dan komunikasi merupakan salah satu penunjang pembangunan yang utama, hal ini disebabkan apabila transportasi dan komunikasi di suatu daerah terhambat maka pembangunan didaerah tersebut pun akan ikut terlambat. Oleh sebab itu pembangunan sarana transportasi seperti jalan, jembatan, tempat pemberhentian angkutan (halte), alat penyebrangan dan lain - lain harus dipersiapkan guna melancarkan transportasi didaerah sehingga melancarkan pembangunan. Panjang jalan di Kabupaten Sekadau mencapai 592,95 Km. Berdasarkan statusnya 56,50 Km merupakan Jalan Negara, 79,65 Km Jalan Provinsi dan yang terpanjang adalah Jalan Kabupaten sepanjang 456,80 Km. Kondisi jalan di Kabupaten Sekadau sebagian besar dalam keadaan baik dan sedang sepanjang 289,84 Km (48,88%), sedangkan kondisi jalan yang rusak ringan maupun berat sepanjang 303,12 Km (51,12%). Kelas jalan di Kabupaten Sekadau sebagian besar adalah Kelas IIIC sepanjang 483,30 Km (81,51%) sedangkan sisanya merupakan jalan Kelas III B dan tidak diperinci sepanjang 109,65 Km (18,49%). Berdasarkan data dari PT Telekomunikasi/ Telkom Indonesia Pada Tahun 2009 di Kabupaten Sekadau terdapat kapasitas sentral sebanyak 840 Sambungan Saluran Telepon (SST). Namun dari kapasitas tersebut sambungan yang sudah terisi sebanyak 722 SST (85,95%) sedangkan sisanya masih kosong. Sebagian besar pengguna telepon adalah rumahtangga, bisnis/usaha dan instansi pemerintah sebanyak 715 SST (99,03%) sedangkan sisanya digunakan oleh sosial dan warung telkom dan dinas telkom. Pertambangan dan Energi Sektor Pertambangan dan Penggalian di Kabupaten Sekadau didominasi oleh penambangan sirkon, penggalian batu kali, dan pasir. Tiga kecamatan yang merupakan wilayah penambangan yaitu Kecamatan Sekadau Hulu (penggalian batu kali), Sekadau Hilir (pertambangan sirkon, penggalian pasir dan batu kali) dan Belitang Hilir (penambangan sirkon). Apabila dilihat dari sisi produksi maka produksi sirkon mencapai 1.474 ton, produksi pasir dan batu kali masing - masing 4.900M3 dan 4.500M3. Listrik dan Air Minum Listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat, guna memenuhi kebutuhan listrik masyarakat maka Negara membuat Perusahaan Listrik Negara (PLN). Jumlah pelanggan PLN di Kabupaten Sekadau sebanyak 9.559 pelanggan, pelanggan terbanyak berasal dari Kecamatan Sekadau Hilir sebanyak 4.977 pelanggan (52,07%). Apabila dilihat dari golongan pelanggannya maka golongan yang paling banyak menjadi pelanggan PLN adalah golongan rumahtangga (87,69%) dan golongan bisnis (7,6%). Sehingga dari seluruh pelanggannya PLN mendapatkan nilai penjualan sebesar Rp. 8.714.267.905,-. sumber : http://www.kerajinansekadau.web.id/Profil+Sekadau

Monday, May 14, 2012

MAKNA KEMATIAN MENURUT SUKU DAYAK BENAWAS

Suku Dayak benawas mendiami pesisir sungai Kapuas diwilayah Kabupaten Sekadau, dan terdiri dari beberapa kampung diantaranya dalah : 1. Serirang 2. Serampuk 3. Sungai Kunyit 4. Ensalang 5. Sejirak Padang Milas 6. Lingkup 7. Tapang kelulut 8. Teribang 9. Setawar Mereka mempercayai bahwa kematian bukanlah Akir dari segala galanya, berikut adalah pendapat mereka mengenai kematian Ada beberapa kematian menurut suku ini yaitu Kematian yang Baik, Pulang, Bajang dan kematian yang tidak baik. Mati Bunuh diri apapun bentuknya digolongkan menjadi kematian tidak baik, namun bagi para manula yang dianggap sudah cukup umur mereka tidak dikatakan Mati melainkan “PULANG KE SEBAYAN”. Sedangkan anggota mereka yang meninggal sesaat setelah dilahirkan disebut dengan mati bajang, sedangkan yang mati karena sakit dikatakan mereka mati Baik,.. namun apabila mati berdarah maka itu digolongkan kepada kematian “ BAIK DAN TIDAK BAIK”, artinya para tetua perlu menelusuri dulu sebab musabab kematian, sebagai contoh seseorang yang mati karena di tembak atau terkena tombak perangkap hewan di hutan, mereka mengeluarkan Darah, “Tidak Baik”, namun mereka mati bukan karena sengaja maka akan di “ SILIH” ( bayar Adat ) maka kematian nya dianggap baik. Dalam Suku ini setiapa ada yang meninggal maka akan diadakan upacara meriah,... tetntunya hal ini menimbulkan tanda tanya bagi masyarakat NON BENAWAS,.. meskipun pada umumnya Suku Dayak memiliki beberapa persamaan untuk hal yang satu ini. Menurut kepercayaan suku ini,.. pesta yang dimaksudkan disini adalah untuk membantu Roh atau jiwa orang yang meninggal agar cepat mencapai Sebayan ( = Surga) , mengapa harus ditolong, karenasemasa hidupnya pasti orang tersebut memiliki kesalahan kesalahan yang dilakukannya,jika semasa hidupnya “yang meninggal” memiliki kesalahan yang Tampak oleh mata maka harus di Silih ( Istilah untuk kata BAYAR ). Perlu digaris bawahi bahwa pesti menghantarkan roh mereka yang meninggal bukanlah suatu keharusan untuk dilaksanakan karena segala galanya kembali kepada keluarga yang ditinggalkan, apakah mampu atau tidak, jika tidak maka tidak akan ada sanksi berupa adat atau denda. Namun apakah semuanya itu cukup.. ? mereka juga tidak mengetahui namun itu merupakan bentuk nyata upaya tolong menolong yang tidak kenal batas waktu dan usia... Mati adalah Biasa dalam kepercayaan suku ini bukan sebuah hukuman, Siapapun bisa mati namun bagai mana cara kematian itulah yang tetap menjadi misteri bagi suku ini. Suku Benawas tidak mengenal Kremasi untuk orang yang meninggal. Mereka yang meninggal akan dikuburkan kedalam Liang Lahat dengan menggunakan Peti Mati *lancang. Bentuk kuburan tergantung kepada Kemampuan keluarga dan siapa yang meninggal, Lokasi perkuburan merupakan lokasi yang Khusus, biasanya memiliki jarang yang Jauh dari Pemukiman mereka menyebutnya “PERANTU”, pantang bagi suku ini untuk mengganggu gugat areal pemakaman mulai dari memotong kayu apalagi sampai menggusur Pemakaman. Pada jaman dulu sebelum Agama Mendominasi kehidupan mereka,.. upacara kematian dipimpin oleh seorang MANANG, Manang berbeda dengan Belian, menurut mereka manang adalah imam dari Golongan Tua yang terpilih dan dianggap mengetahui seluk beluk kehidupan dunia Nyata dan Dunia Maya. Mereka dianggap Tulus melakukan Tugas tanpa ada Pambrih, sedang kan Belian adalah Kebalikannya ( BELIAN disini Berbeda dengan istilah BALIATN dari Sub Suku dayak Kanayatn). Jika ada orang yang meninggal maka Manang lah yang terlebih dulu dipanggil untuk melihat apakah Betul Orang tersebut sudah mati, dan upacara apa saja yang harus dilakukan oleh keluarga setelah kematian tersebut sesuai kemampuan mereka. Orang yang meninggal di tutup dengan kain warna Putih, mengapa harus berwarna Putih karena menurut suku ini Putih melambangkan Ketulusan dan kesucian untuk mengawali kehidupan dialam yang lain. Pada jaman dulu Peti atau lancang berserta tutupnya dibuat dari sebatang pohon yang di tebuk/ dilobangi ( Bukan PAPAN ). Menebang pohon tersebut juga harus di Pomang (= DOA ) atau dikibau dengan seekor ayam kampung. Setelah Lancangnya selesai dan sebelum dimasukkan kedalam peti si Mati terlebih dahulu di “ BANGUNKAN” dengan tangkai Beliung ( Alat menebang Pohon yang terbuat dari kayu Kentur dan bergagang kayu Gabus ) oleh si manang agar Roh Si mati mengetahui bahwa Peti telah siap. Dalam bahasa Manang menyebut peti sebagai PERAHU BIKUK, mantra yang diucapkan oleh manang adalah “ Tuk Perau Biku’ ikau dolu’ dari kami’ makai perau tuk ikau nyemorang sungai sakao duaok namah sungai lupaok, antik ikau dah ngelalu sungai lupaok ikau kelupaok ke kami’..” ( ini perahu bikuk, kamu mendahului kami menggunakan perahu ini menyeberangi sungai bercabang dua dan sungai lupa, bila kamu sudah menyeberangi sungai lupa maka kamu akan melupakan kami ). Setelah mayat dimasukkan kedalam Peti Mati, maka sekali lagi mayat di bangunkan oleh sang Manang menggunakan Hulu Beliung dengan memukul peti sebanyak tujuh kali sambil berucap “ Ingat agik, Turun lah “ ( bangunlah kamu, turunlah...) Kemudian dengan Rotan yang telah disiapkan, rotan lalu dibelah dua ( Disisakan sedikit agar tetap menyatu ) dan di selipkan daun kelapa sebanyak dua helai, setelah Jenazah dibawa turun dari rumah maka segera rotan yang masih menyatu sedikit tadi dibelah seluruhnya, maksud dari membelah rotan tadi adalah sebagai simbol bahwa si mati dan yang hidup tidak akan berkumpul lagi. Setelah Peti jenazah di antarkan ke makam. Terlebih dahulu diletakan di atas liang lahat kemudian baru dimasukkan kedalam, pada peti bagian kaki diletakan simbol Bulan menggunakan daging buah kelapa tua, dan pada bagian kepala diletakkan symbol Matahari yang juga dibuat menggunakan daging kelapa Tua, ini melambangkan harapan agar bulan menyinari si mati pada malam hari dan matahari menerangi pada siang hari selama perjalanan simati menuju Alam Keabadian. Sebelum kubur di tutup, semua pakaian yang pernah dipakai oleh si Mati dimasukkan kedalam liang kubur untuk dikuburkan bersama peti, namun kadang kadang ada juga yang di bakar, namun itu jarang, karena banyak dari anggota keluarga atau masyarakat lain yang tidak tega untuk membakar barang barang tersebut. Pada jaman dulu setelah liang kubur di tutup maka di bagian atas kepala dan kaki dipasang Mensan ( Pusara ), pada jaman sebelum agama mendominasi mensan di buat menggunakan kayu ulin sebagai peringatan bagi anak cucu yang meninggal, namun sekarang Masyarakat benawas telah menggunakan Salib apabila dia meninggal sebagai orang Katolik. Selain sebagai Tanda bagi Anak Cucu si mati, mensan juga dipercaya sebagai Alat untuk mendayung Perahu melalui sungai bercabang dua dan untuk menyeberangi sungai lupa, bila tidak dipasang mensan, maka dianggap si mati kekurangan alat untuk sampai ke SUBAYAN ( Surga ), bagi keluarga yang tidak mampu cukup ditancapkan Kayu saja, yang penting ada... selain sebagai alat Mensan juga dipercaya sebagai tanda bagi si Mati kelak di Sebayan sebagai Symbol bahwa dia orang berada. Setelah semuanya selesai, maka sekali lagi Manang membangunkan si Mati, kali ini tidak menggunakan Ulu Beliung namun menggunakan LUTAN API ( Kayu sisa pembakaran yang pada ujung nya masih membara ), dipukul sebanyak tujuh kali ke atas kuburan tepat di bagian Dada Si mati, dengan mengucapkan mantra “ Ingat gi’,..ikau tingal didituk, inang kau ngacau ngaru kami agi’ inang ngacau keluarga ikau, kami nak pulang, antik dah datang ke seborang ikau encari kawan yang samao dah pulang kinun “( bangun lah,... kamu tinggal disini, jangan menggangu kami lagi, jangan mennganggu keluarga mu, kami semua mau pulang, jika kamu sudah sampai ke seberang, kamu cari saja teman teman baru sesama kalian yang sudah ada disana). Kemudian manang memanggin Semangat ( Soh) semua yang hadir dipemakaman dengan kalimat KURRRR SEMONGAT KAMI..... sebelum pulang biasanya pada makam akan di pasang Tanggui ( Caping ) dan dihidupkan Pelita, setelah rombongan pengantar jenasah sekali lagi manang memanggil semangat dan meminta agar semangat kembali ke rumah nya masing masing ( Rumah yang dimaksudkan adalah Badan masing masing Pengantar jenazah). Dengan menghamburkan beras putih kuning. Ketika malam hari, selama 7 malam berturut turut warga kampung mendatanggi rumah duka sebagai wujud bela sungkawa dan rasa solidaritas sesama mereka dengan harapan duka dan rasa kehilangan yang dirasakan oleh keluarga yang ditinggalkan sedikit berkurang. Pada hari ke tujuh dan hari ke empat puluh masyarakat berkumpul lagi di rumah duka dan mereka juga mengunjungi makam upacara itu sangat sederhana dan disebut MERAJAH ( Semacam Syukuran ), kemudian setiap du kali dalam setahun keluarga memberikan makan di kuburan ( Bukan memberika makanan kepada orang mati ) melainkan makan bersama dikuburan, ini sebenarnya adalah sedekah kepada masyarakat kampung. Pada hari ketujuh tanggui di atas makam akan di buang... Pada malam ke 40 diadakan lagi upacara keluarga ( Selamatan ) dirumah duka, dan pada upacara yang disebut dengan istilah ( PERAJAK NYAPAK) atau dapat dijelaskan sebagai masa lepas berkabung, ini diharapkan seluruh warga kampung yang telah membantu baik secara moril maupun sprituil agar dapat hadir untuk makan bersama, dan biasanya pada siang hari nya keluarga duka akan kembali mengunjungi makam sebagai ujud kehilangan dan setelah hari itu mereka akan jarang mendatangi makam. Dalam kebiasaan suku benawas selama berkabung tidak boleh diadakan pesta perkawinan atau pesta pesta yang lain dan harus menunggu masa berkabung selesai, yaitu selama 40 hari, namun untuk pesta perkawinan diperlukan sekurang kurangnya 3 bulan setelah kematian barulah boleh diadakan pesta, namun apabila kematian itu terjadi pas bersamaan dengan pesta pernikahan, pesta tersebut dapat terus dilaksanakan sampai selesai dengan sarat pihak pesta harung “NYURUNG ADAT PENOMPAL PENING” ( membayar adat penutup telinga ), bila yang meninggal itu suami atau istri maka pasangan yang ditinggalkan tidak boleh mencari jodoh baru dalam waktu satu tahun setelah kematian. Dalam masyarakat suku benawas, apabila yang meninggal tersebut dulunya sebelum meninggal dia pernah ikut gotong royong membuat ladang baik itu menebas sampai memanen maka pada saat panen keluarga yang pernah dibantu oleh orang yang telah mati tersebut biasanya memberikan Nasi Baru ( Nasi yang dimasak dari beras yang baru di panen) dengan mengantarnya ke makam, ini bukan sebagai berhala hanya sebagai ucapan terimakasih atas bantuan orang yang telah meninggal tersebut karena ketika masih hidup masih sempat membantu membuat ladang mereka namun dia tidak bisa menikmati hasil jerih payah nya. Demikian juga halnya bagi mereka yang meninggal namun tidak pernah membatu berkerja diladang, maka akan tetap didatangi makam nya hanya tidak dibawakan beras baru, paing hanya sekedar air yang disiramkan ke atas makam. Selain kematian orang dewasa diatas, ada juga tradisi penguburan anak kecil, untuk tradisi ini dikenal dua macam, yang pertama anak yang meninggal sesaat setelah lahir disebut BAJANG, dimasukan kedalam peti kecil dan jasat nya juga dibungkus menggunakan kain putih lalu dibawakan ke pemakaman, namun pemakaman tersebut terpisah dari pemakaman orang dewasa dan disebut dengan istilah PERANTU BAJANG Anak yang meninggal sebelum dilahirkan disebut SUANG, jasadnya dimasukkan kedalam biasanya terbuat dari buah LABU tua yang telah keras kulitnya dan di simpan di dahan pohon beringin, SUANG tidak di kuburkan kedalam tanah karena dianggap oleh suku ini tidak memiliki Dosa, upacara kematian anak kecil baik SUANG Maupun BAJANG tidak diadakan Upacara Adat dan tidak melibatkan Seluruh warga kampung paling hanya 7 orang sudah cukup, karena dianggap masih kecil dan suku ini percaya bahwa mereka akan Masuk “BULAT-BULAT” ke SEBAYAN. Demikianlah sepintas mengenai upacara Kematian bagi suku Dayak Benawas, meski pada jama sekarang telah dipengaruhi oleh Masuk nya agama Katolik sebagai agama yang mendominasi suku ini, dan bagi mereka orang suku Benawas yang beragama lain akan diserahkan kepada keluarga tempat dia meninggal, masyarakat Benawas yang menjadi Islam tidak dianggap sebagai suku melayu melainkan disebut “ SENGANAN”, ( Dayak Senganan )* orang dayak beragama Islam. walaupun ada perubahan namun masih banyak kebiasaan “TUA” yang tetap masih dilaksanakan samapai saat sekarang,

Wednesday, April 4, 2012

PENGELOMPKAN SUKU DAYAK DI KALIMANTAN

karena saking banyak nya suku dayak yang ada dikalimantan, maka tidak heran bila sesama Suku Dayak pun Tidak mengetahui termasuk Rumpun manakah dia,... berikut kami ulas sedikit mengenai pembagian suku dayak di kalimantan yang kami sunting dari



Rumpun Ot Danum (terdiri dari 4 suku kecil dan 90 suku sedatuk).
ØDayak Ngaju (terbagi dalam 53 suku sedatuk).
Suku Bakumpai
Suku berangas
Suku mangkatip
Suku siang murung
Suku mendawai
Suku Bukit / dayak meratus
o Dayak Pitap,
o Dayak Hantakan
o Dayak Haruyan
o Dayak Loksado
o Dayak Piani
o Dayak Riam Adungan
o Dayak Bajuin
o Dayak Bangkalaan
o Dayak Sampanahan
o Dayak Labuhan
ØDayak Ma `anyan (terbagi dalam 8 suku sedatuk).
Maanyan Paju epat (murni)
Maanyan Dayu
Maanyan Paju Sapuluh (ada pengaruh Banjar)
Maanyan Benua Lima / Paju Lima (ada pengaruh Banjar)
Maanyan Tanta (ada pengaruh Banjar)
Dayak Balangan (kalsel)
Dayak warukin (kalsel)
Dayak samihin (kalsel)
ØDayak Dusun (terbagi dalam 8 suku sedatuk).
Suku Dusun Witu
Suku Dusun Malang,
Suku Dusun Deyah
Suku Dusun Balangan
ØDayak Lawangan (terbagi dalam 21 suku sedatuk).
Suku Dayak Benuaq
Suku Dayak Bentian
Suku Dayak Bawo
Suku Pasir
Suku Dayak Tunjung
o Tunjung bubut
o Tunjung asli
o Tunjung bahau
o Tunjung hilir
o Tunjung lonokng
o Tunjung Linggang
o Tunjung berambai
2. Rumpun Apu Kayan (terdiri dari 3 suku kecil dan 60 suku sedatuk).

ØDayak Kenyah (terbagi dalam 24 suku sedatuk).
Kenyah Badeng
Lepo tukung
Lepo Bakung
Lepo kulit
Lepo jalan
Lepo tau
Lepo engkau
Lepo Ujo
Lepo dikan
Lepo keh
Uma dadoq
Uma lung
Uma semuka
Uma baha murni
Uma pawek
Uma keleb
ØDayak Kayan (terbagi dalam 10 suku sedatuk).
Uma Suling,
Uma Lekwe,
Uma Tua: n,
Uma Wak,
Uma gelar,
Uma Lasa: n,
Uma Teliva ',
Uma Aging,
Uma Pagung
Uma semuka
Uma peliau
Uma pako '
Uma belun
Uma pu '
Uma lekan
Kayan mekam
Uma pijat
Bang kelaw
Kayan mendalam
Kayan baram
Uma kui
Kayan Busang
o Uma luhat
Kayan ga'ai
ØDayak Bahau (terbagi dalam 26 suku sedatuk).
Bahau saq
Hwang tering
Hwang sirau
Hwang anah
Bahau Busang
Bahau Ma 'pijat
Bahau Ma'Tepe
Bahau Ma'rekue
Bahau Ma'tuan
Bahau Ma'Mehaq
Bahau Ma'sem
Bahau Ma'kelua
Bahau Ma'bole
Bahau Ma'bangkelo
Bahau Ma'wali
Bahau Ma'ruhuq
Bahau Ma'palo
3. Rumpun Iban dan Heban (terbagi dalam 11 suku sedatuk).

ØSuku Mualang
Dayak Kematu
Dayak Benawas
Dayak Mualang Sekadau
Dayak Lebang nado
ØSuku Seberuang
ØSuku Melanau
Dialek Daro-Matu
Dialek Kanowit
Dialek Melanau
Dialek Sibu
Dialek Seru
Dialek Tanjong
ØSuku Kantuk
ØSuku Bugau
ØSuku Desa
ØSuku Ketungau
Bugao,
Banyur,
Tabun
ØSuku Batang Lupar
Kantuk
Undup,
Gaat,
Saribas,
Sebuyau,
Sebaruk,
Skrang,
Balau
4. Rumpun Klemantan atau Dayak Darat (terdiri dari 2 suku kecil dan 87 suku sedatuk).
ØDayak Klemantan (terbagi dalam 47 suku sedatuk).
Dayak Bidayuh
o Selakau / Lara
o Jagoi / Singai
o Biatah)
o Bukar / Sadong
Dayak Mali
ØDayak Ketungau (terbagi dalam 40 suku sedatuk).
5. Rumpun Murut (terdiri dari 3 suku kecil dan 44 suku sedatuk).
ØDayak Murut (terbagi dalam 28 suku sedatuk).
Dayak Dusun
ØDayak Idaan (terbagi dalam 6 suku sedatuk).
ØDayak Tidung (terbagi dalam 10 suku sedatuk).
6. Rumpun Punan (terdiri dari 4 suku kecil dan 52 suku sedatuk).
ØDayak Basap (terbagi dalam 20 suku sedatuk).
ØDayak Punan (terbagi dalam 24 suku sedatuk).
Suku Hovongan
Suku Uheng Kereho
Suku Punan Murung
Suku Aoheng (Suku Penihing)
Suku Punan Merah
Suku Punan Aput
Suku Merap (
Suku Punan Tubu
Suku Ukit / Suku Bukitan / Suku Beketan
Suku bukat
Suku Punan Habongkot
Suku Panyawung
Suku Punan Kelay
Punan Busang
Punan Penihing
Punan Batu
Punan Sajau
ØDayak Punan Ot (terbagi dalam 5 suku sedatuk)
7. Rumpun bukat (terbagi dalam 3 suku sedatuk).
(Buat teman-teman yang suku Dayaknya belum tercantum diatas .. silahkan beri komentar dibawah ini dengan menyebutkan nasa Suku Dayakmu dan dimana kamu berdomisili .. terimakasih

Thursday, March 29, 2012

MACAN



MACAT’N.....sebagian daerah menyebutnya dengan nama Remaung, Kung dan masih banyak lagi namanya.
Suara yang menakutkan itu sekarang tidak pernah lagi terdengar di kampung kampung, mungkin sudah hilang bersama lenyapnya pohon pohon besar dan mulai tercemarnya sungai sungai di daerah ini...
Tahun 1982 saat itu saya masih berumur 6 tahun, ingat ingat lupa waktu pertama pindah dari kampung lama di aliran sungai Semong ( Kampung Semaong ) ke Ensalang, waktu itu Rumah di Ensalang masih sangat sedikit dan berjauhan tempat, suatu malam dirumah kami yang “Baru” hanya ada saya adik saya yang dua tahun lebih muda dari saya dan Ibu tercinta,... hujan lebat bukan main, saat itu Ayah saya pergi ke sanggau untuk mengikuti pelatihan dengan mengengkol sepeda, tidak jauh sekitar 100 meter dari Rumah kami suara KUNG KUNG KUNG sangat keras terdengar bahkan lebih tepat disebut menakutkan, suara itu berasal dari sebuah pohon tengkawang yang sangat besar, adik ku menangis terus waktu itu, saya menolong ibu untuk menahan pintu rumah kami yang pada saat itu hanya di tutup dengan sehelai tikar “ NASS” ( tikar yang dianyam dari daun ), aku akirnya juga ikut menangis setelah ku sadar bahwa ibuku pada saat itu juga menangis,... dengan penuh tanggung jawab ibu ku menghidupkan api menggunakan kayu bakar,... setelah menyala beliau melemparkan nya keluar rumah ke arah suara itu,....
Suara mahluk mistis itu tidak kunjung berhenti, malah dinding rumah kami mendapat lemparan balasan “ mungkin dari Mahluk tersebut”.... akirnya entah mendapat keberanian dari mana ibuku mengambil lagi sebatang kayu bakar yang masih menyala “ LUTAN” . jika tadi ibu hanya melemparkannya dari jendela,... kali ini beliau turun ke tanah dan dengan “ BEMPATAO” Berdoa... beliau melemparkan kembali lutan api tersebut ke arah pohon tengkawang tersebut,.... dan mungkin berkat dari PETARA..... meski hujan terus mengguyur, Mahluk mistis itu tidak lagi berbunyi.....
Ibuku sering bercerita, meskipun harus ku pancing dulu, karena menurut beliau dia tidak mau mengingat hal apapun yang berkaitan dengan “Misteri”.... menurutku Ibu ku mungkin Trauma, namun begitu banyak kisah yang beliau tuturkan, bahkan tentang Penunggu Jembatan Semaong.. dan yang paling berkesan bagiku adalah kisah beliau tentang aku yang terlahir seperti Buah Kundur, tidak bernafas sekitar 10 menit... dan tentang lampu strongkeng yang mendadak padam seperti disiram air waktu pulang dari kampung ensalang ke semaong ( waktu itu kami masih tinggal di semaong) tepatnya di “Tongah Tinting”
Kembali kepada Macan, setelah SMA kami masih sering mendengar suara misterius itu, bahkan beberapa orang Tua pergi ke hutan mereka membawa Pohon Bemban.. seorang Bibi yang sekarang telah meninggal pernah demam 1 minggu karena mendengar suara tersebut tepat diatas kepala nya saat memungut buah tengkawang, beliau mengatakan saat berbunyi tanah terasa bergetar... dan setelah di panggil semangat barulah bibi sembuh....
Entah seperti apa sesungguhnya mahluk tersebut Biarlah tetap menjadi Misteri yang Abadi, yang jelas suara itu tidak lagi terdengar sejak Menipisnya Hutan

APAKAH KALIMANTAN ITU...?

Sejarah Kalimantan menggambarkan perjalanan sejarah Pulau Kalimantan dimulai sejak zaman prasejarah ketika manusia ras Austrolomelanesia memasuki daratan Kalimantan pada tahun 8000 SM hingga sekarang.[rujukan?]
1. Zaman prasejarah
Bangsa Austronesia memasuki pulau ini dari arah utara kemudian mendirikan pemukiman komunal rumah panjang. Peperangan antar-klan menyebabkan pemukiman yang selalu berpindah-pindah. Adat pengayauan yang dibawa dari Formosa (Taiwan) dan kepercayaan menghormati leluhur dengan tradisi kuburan tempayan merupakan ciri umum kebiasaan penduduknya. Pulau Kalimantan ini dikenal di seluruh dunia dengan nama Borneo yaitu sejak abad ke-15 M. Nama Borneo itu berasal dari nama pohon Borneol (bahasa Latin: Dryobalanops camphora)yang mengandung (C10H17.OH) terpetin, bahan untuk antiseptik atau dipergunakan untuk minyak wangi dan kamper, kayu kamper yang banyak tumbuh di Kalimantan,[1][2] kemudian oleh para pedagang dari Eropa disebut pulau Borneo atau pulau penghasil borneol, Kerajaan Brunei yang ketika datangnya bangsa Eropa ke wilayah Nusantara ini nama Brunei itu dipelatkan oleh lidah mereka menjadi "Borneo"[rujukan?] dan selanjutnya nama Borneo ini meluas ke seluruh dunia. Nama Pulau ini di identikkan dengan nama Kerajaan Brunei[3] saat itu (Yaitu oleh para pedagang Arab, Eropa serta China) karena Kerajaan Brunei pada masa itu merupakan kerajaan yang terbesar di pulau ini, sehingga para pedagang dari seluruh penjuru dunia yang akan berkunjung ke Pulau ini yang ditujunya meraka adalah Kerajaan terbesar dipulau ini saat itu yaitu Kerajaan Brunei, sehingga pulau ini kemudian disebut Pulau Brunei yang oleh pedagang Eropa kemudian di pelatkan menjadi "Borneo". Nama Kalimantan dipakai di Kesultanan Banjar kemudian oleh pemerintah Republik Indonesia dipakai sebagai nama Provinsi Kalimantan.

8000 SM : Migrasi manusia ras Austrolomelanesia memasuki daratan Kalimantan.
2500 SM : Migrasi nenek moyang suku Dayak dari Formosa (Taiwan) ke Kalimantan membawa tradisi ngayau.
1500 SM : Migrasi bangsa Melayu Deutero ke pulau Kalimantan.
2. Zaman Pengaruh India (Agama Hindu)
Orang Melayu menyebutnya Pulau Hujung Tanah (P'ulo Chung). Para pedagang asing datang ke pulau ini mencari komoditas hasil alam berupa kamfer, lilin dan sarang burung walet melakukan barter dengan guci keramik yang bernilai tinggi dalam masyarakat Dayak. Para pendatang India maupun orang Melayu yang telah mendapat pengaruh budaya India memasuki muara-muara sungai untuk mencari lahan bercocok tanam dan berhasil menemukan tambang emas dan intan untuk memenuhi permintaan pasar. Lokasi pertambangan emas berkembang menjadi pemukiman sehingga diperlukan adanya suatu kepemimpinan. Pengaruh India ditandai munculnya kerajaan tahap awal dengan pemakaian gelar Maharaja bagi pemimpin suatu kekerabatan (bubuhan) dan sekelompok orang lainnya yang bergabung dalam kepemimpinannya dalam kesatuan wilayah wanua (distrik), yang saling berseberangan dengan wanua-wanua tetangganya yang dihuni keluarga lainnya dengan dikepalai tetuanya sendiri. Gelar India Selatan warman (yang melindungi) dilekatkan pada penguasa wanua tersebut, yang kemudian memaksa wanua-wanua tetangganya membayar upeti berupa emas dan hasil alam yang laku diekspor. Klan-klan (bubuhan) mulai disatukan oleh suatu kekuatan politik yang memusat menjadi sebuah mandala (kerajaan) yang sebenarnya bukan tradisi Austronesia. Kerajaan awal ini sudah merupakan campuran ras yang datang dari beberapa daerah, tetapi di pedalaman bangsa Austronesia masih hidup dalam komunitas rumah panjang yang mandiri dan terpisah serta saling berperang untuk berburu kepala.

242-226 SM : Candi Agung di kota Amuntai didirikan, merupakan situs kerajaan pertama. Pada tahun 1996, telah dilakukan pengujian C-14 terhadap sampel arang Candi Agung yang menghasilkan angka tahun dengan kisaran 242-226 SM (Kusmartono dan Widianto, 1998:19-20).
200 : Penduduk Nusa Kencana migrasi ke pulau Bawean selanjutnya ke pulau Jawa, sebagian melanjutkan perjalanan ke pulau Pawinian (Karimun Jawa) menuju Sumatera.
400 : Pendatang India meng-hindu-kan raja dari Kerajaan Kutai sehingga terbentuklah kerajaan Hindu pertama di Nusantara. Prasasti Yupa dan Lesong Batu oleh Raja Mulawarman menandai zaman sejarah.
525 : Suku Melayu yang sudah mendapat pengaruh India memperkenalkan sistem kerajaan kepada bangsa Austronesia di lembah sungai Tabalong yaitu suku Maanyan dan suku Bukit sehingga berdirinya Kerajaan Tanjungpuri/Kerajaan Nan Sarunai berpusat di Tanjung.
600 : Sebagian Proto Suku Dayak Maanyan bermigrasi ke Madagaskar.
3. Zaman Pengaruh Sriwijaya dan Awal Kedatangan Islam
700 : Pengaruh Kerajaan Melayu dan Sriwijaya ditandai penemuan patung Buddha Dipamkara dan batu bertulis aksara Pallawa "siddha" dari abad ke-7 di sungai Amas, Kalimantan Selatan.
745 : Kedatangan Islam pertama kali di Nusantara ditandai penemuan Batu Nisan Sandai di Sandai, Ketapang wilayah Kerajaan Tanjungpura bertarikh 127 Hijriah (745 M).
1076: Kerajaan Bulungan berpusat di kawasan Bulungan sampai tahun 1156.
1156: Pusat Kerajaan Bulungan berpindah ke pesisir yakni, di kawasan sungai Kayan sampai 1216.
4. Zaman Pengaruh Singhasari dan Majapahit
Pengaruh Singhasari terutama pada Bakulapura di barat daya Kalimantan.

1292 : Ratu Sang Nata Pulang Pali I memerintah Kerajaan Landak, Kalimantan Barat.
1300 : Aji Batara Agung Dewa Sakti menjadi Raja Kutai Kartanegara I sampai tahun 1325. Ia mendirikan kerajaannya di Tepian Batu yang kini dinamakan Kutai Lama.
1325 : Aji Batara Agung Paduka Nira menjadi Raja Kutai Kartanegara II sampai tahun 1360.
1340 : Patih Gumantar memerintah di Kerajaan Mempawah.
5. Zaman Kekuasaan Majapahit dan Awal Kesultanan Islam
1360 : Aji Maharaja Sultan menjadi Raja Kutai Kartanegara III sampai tahun 1420. Walupun raja belum memeluk Islam, dari gelarnya menunjukkan sudah munculnya pengaruh Islam.
1362 : Nan Sarunai Usak Jawa, serangan yang terulang oleh Marajampahit (Majapahit) terhadap Kerajaan Nan Sarunai/Kerajaan Kuripan menyebabkan suku Bukit menyingkir ke pegunungan Meratus dan suku Maanyan menyingkir ke daerah yang ditempati suku Lawangan.
1365 : Nagarakretagama digubah oleh mpu Prapañca menyebutkan negeri-negeri di Nusa Tanjungnagara yang berada di bawah perlindungan Majapahit di bawah Patih Gajah Mada yaitu negeri-negeri Kapuas, Katingan, Sampit, Kota Ungga, Kota Waringin, Sambas, Lawai, Kadandangan, Landa, Samadang, Tirem, Sedu, Barune, Kalka, Saludung, Solot, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalong, Tanjung Kutei dan Malano di pulau Tanjungpura.
1383 : Awang Alak Betatar bergelar Sang Aji menjadi Sultan Brunei I sampai tahun 1402.
1385 : Dara Juanti sebagai Raja Puteri di Kerajaan Sintang dilamar oleh Patih Logender yang berasal dari Majapahit.
1387 : Kerajaan Negara Dipa didirikan oleh Ampu Jatmika yang berasal dari Keling. Menurut Veerbek (1889:10) Keling, provinsi Majapahit di barat daya Kediri.
1394 : Kerajaan Tidung berpusat di Pimping bagian barat dan Tanah Kuning sampai tahun 1557
1400 : Baddit Dipattung, Raja Berau I dengan pusat pemerintahannya di Sungai Lati, Gunung Tabur, Berau.
1408 : Pateh Berbai menjadi Sultan Brunei II sampai tahun 1425.
1420 : Aji Raja Mandarsyah menjadi Sultan Kutai IV sampai tahun 1475. Islam datang di Kutai pada masa pemerintahannya dibawa oleh Tuan Tunggang Parangan.
1425 : Syarif Ali, seorang menantu Sultan Brunei yang berasal dari Mekkah dinobatkan sebagai Sultan Brunei III sampai tahun 1432.
1429 : Bhre Tanjungpura dijabat oleh Manggalawardhani Dyah Suragharini [= Putri Junjung Buih?] puteri dari Bhre Tumapel II (= abangnya Suhita) berkuasa sampai tahun 1464.
1431 : Kota Sukadana menjadi pusat Kerajaan Tanjungpura sampai dengan tahun 1724 sejak pemerintahan Pangeran Karang Tunjung (1431-1450).
1432 : Adipati Agong menjadi Sultan Brunei IV sampai tahun 1485.
1441 : Nisan dari batu andesit ditemukan di Keramat Tujuh, Kabupaten Ketapang bertuliskan huruf Arab bertarikh tahun 1363 Saka. Bentuk nisannya berasal dari abad terakhir Majapahit.
1472 : Raden Ismahayana gelar Raja Dipati Karang Tanjung Tua menjadi Raja Landak sampai 1542.
1475 : Aji Pangeran Tumenggung Bayabaya dari Paser dinobatkan menjadi Raja Kutai Kartanegara V sampai tahun 1545.
1478 : Maharaja Sari Kaburungan menjadi raja Kerajaan Negara Daha yang berpusat di Nagara. Islam datang pada masa pemerintahannya, karena seorang anaknya menikah dengan putri dari Sunan Giri.
1485 : Bolkiah menjadi Sultan Brunei V sampai tahun 1524.
1516 : Putri Petung menjadi Ratu Pasir sampai tahun 1567. Penguasa Pasir yang pertama ini berasal dari Kuripan (Negara Daha).
1524 : Abdul Kahar menjadi Sultan Brunei VI sampai tahun 1530.
24 September 1526 : Suriansyah, Sultan Banjar I memeluk Islam diperingati sebagai Hari Jadi Kota Banjarmasin. Kerajaan yang baru berdiri ini melepaskan diri dari Kerajaan Negara Daha atas dukungan Kesultanan Demak.[4]
1533 : Saiful Rizal menjadi Sultan Brunei VII sampai tahun 1581.
1538 : Kerajaan Tanjungpura dipimpin oleh Panembahan Baruh (1538-1550)
1545 : Aji Raja Mahkota Mulia Alam menjadi Raja Kutai Kartanegara VI sampai tahun 1610, raja pertama yang memeluk Islam.
1550 : Rahmatullah menjadi Sultan Banjar II sampai tahun 1570.
1557 : Amiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet memerintah Kerajaan Tidung sampai tahun 1571 berlokasi di kawasan Pamusian wilayah Tarakan Timur.
1567 : Raja Aji Mas Patih Indra menjadi Raja Pasir sampai tahun 1607.
1570 : Hidayatullah I menjadi Sultan Banjar III sampai tahun 1595.
1571 : Amiril Pengiran Dipati I menjabat Raja Tidung sampai tahun 1613.
1581 : Shah Brunei menjadi Sultan Brunei VIII sampai tahun 1582.
1582 : Muhammad Hasan menjadi Sultan Brunei IX sampai tahun 1598.
1590 : Penguasa Kerajaan Tanjungpura memeluk Islam dengan memakai gelar Panembahan dan Giri, yaitu Panembahan Giri Kusuma dan mengubah nama kerajaan Hindu Tanjungpura menjadi Kesultanan Sukadana-Matan.
6. Zaman Pengaruh Awal VOC
1595 : Mustainbillah menjadi Sultan Banjar IV sampai tahun 1638.
1596 : Pedagang Belanda merampas 2 jung lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.
1598 : Abdul Jalilul Akbar menjadi Sultan Brunei X sampai tahun 1659.
1599 : Sultan Brunei mengadakan perhubungan dengan Spanyol di Manila.
1600 : Anam Jaya Kesuma menjadi penguasa Kerajaan Landak.
1600 : Oliver van Noord, pedagang Belanda datang ke Brunei.
1600 : Abang Pencin alias Pangeran Agung yang memerintah tahun 1600 - 1643 adalah Raja Sintang yang pertama memmeluk Islam.
1604 : Kerajaan Matan/Sukadana mengikat perjanjian dengan Belanda (VOC) yang menimbulkan kemarahan Raja Mataram.
14 Februari 1606 : Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin, Karena perangainya yang buruk nahkoda ini terbunuh dalam suatu kericuhan
1607 : Raja Aji Mas Anom Indra menjadi Raja Pasir sampai tahun 1644.
1607 : 17 Juli 1607 Ekspedisi VOC dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin, semua ABK dibunuh sebagai pembalasan atas perampasan kapal jung Banjar di Banten tahun 1596.
1 Oktober 1609 : VOC melakukan pakta kerja sama dengan Ratu Sapudak dari Kerajaan Sambas.
1610 : Aji Dilanggar menjadi Sultan Kutai VII sampai tahun 1635.
1610 : Raja Kudung memerintah Kerajaan Landak yang berpusat di Pekana, Karangan.
1612 : Kompeni Belanda menembak hancur Banjar Lama ibukota Kesultanan Banjar, sehingga ibukotanya dipindahkan ke Martapura. Kongsi Perdagangan Inggris yang diketuai oleh Sir Hendry Middleton datang ke Brunei.
1613 : Amiril Pengiran Singa Laoet menjabat Raja Tidung sampai tahun 1650.
1615 : Pangeran Dipati Anta-Kasuma mendirikan Kerajaan Kotawaringin, pecahan wilayah Kesultanan Banjar paling barat yang berbatasan dengan Kesultanan Sukadana-Matan.
1622 : Giri Mustika (Raden Saradewa) menantu Pangeran Dipati Anta-Kasuma dinobatkan menjadi sultan Sukadana-Matan dengan gelar Sultan Muhammad Syafiuddin (1622-1659). Kesultanan Mataram mengirim Tumenggung Bahurekso, Bupati Kendal menyerang Kesultanan Sukadana-Matan, serangan ini mengkhawatirkan kerajaan-kerajaan Kalimantan akan serangan Mataram.
1625 : Muhammad Ali menjadi Sultan Brunei XII sampai 1660.
1626 : Produksi lada Banjar sangat meningkat, sehingga VOC berusaha untuk memperoleh monopoli lada, dan berusaha menghilangkan kejadian tahun 1612 yaitu penyerbuan Belanda terhadap kesultanan Banjar. Belanda juga meminta maaf atas perbuatannya merampok kapal kesultanan Banjar dalam pelayaran perdagangan ke Brunei 4 Juli 1626. Perdagangan kesultanan Banjar diarahkan ke Cochin Cina (Veitnam) tidak ke Batavia.
1634: VOC mengirim 6 kapal dagang ke Banjarmasin dipimpin Gijsbert van Londensteijn, kemudian ditambah beberapa kapal di bawah pimpinan Antonie Scop dan Steven Barentsz.[5]
1635 : 17 Juni 1635 Kapal Pearl Inggris tiba di Banjarmasin, Tewseling dan Gregory.
1635 : 4 September 1635 Sultan Banjar diwakili oleh Syahbandar Ratna Diraja Goja Babouw mengadakan kontrak dagang pertama di Betawi dengan Kompeni Belanda yang wakili oleh : Hendrik Brouwer, Antonio van Diemen, Jan van der Burgh, Steven Barentszoon. VOC juga membantu Banjar untuk menaklukan bagian timur Kalimantan (Pasir).
1635 : Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa ing Martapura menjadi Sultan Kutai VIII sampai tahun 1650. Raja ini menaklukan Kerajaan Kutai Martadipura.
1636 : Kesultanan Banjar mengklaim daerah sepanjang Kerajaan Sambas sampai Kesultanan Berau serta Karasikan sebagai wilayahnya karena saat itu Banjarmasin sudah memiliki kemampuan militer untuk menghadapi serangan dari Mataram.
1636: Pertama kali Belanda mulai berdiam di Banjarmasin ketika VOC mendirikan kantor dagang di Banjarmasin di bawah pimpinan Wollenbrant Gelijnsen.[5]
1638 : Inayatullah menjadi Sultan Banjar V sampai tahun 1645. Kesultanan Sukadana-Matan dan bawahannya Kerajaan Mempawah mengirim upeti kepada Kesultanan Banjar. Raja Muhammad Zainudin dari Kesultanan Matan memindahkan ibukota kerajaan dari sungai Matan ke negeri Indra Laya yang disebut Kerajaan Indra Laya.
1638 : Contract Craemer menolak permintaan Sultan Banjar untuk mengirimkan lada ke Makassar, pecahlah perang anti VOC sebanyak 108 orang Belanda, 21 orang Jepang dibunuh, dan loji VOC dibakar serta penghancuran terhadap kapal-kapal VOC di Banjarmasin.
1640 : Gubernur Jenderal VOC Antonio van Diemen memerintahkan agar permusuhan dengan Kesultanan Banjar dihentikan dan hanya menuntut 50.000 real sebagai ganti rugi kejadian tahun 1638.
1641 : Upeti yang terakhir dari Kesultanan Banjar dikirim ke Kesultanan Mataram, pengiriman upeti sempat terhenti sejak meninggalnya Sultan Demak terakhir.[5]
1644 : Raja Aji Anom Singa Maulana menjadi Raja Pasir sampai tahun 1667.
1645 : Saidullah menjadi Sultan Banjar VI sampai tahun 1660.
1650 : Aji Pangeran Dipati Agung ing Martapura menjadi Sultan Kutai IX sampai tahun 1665. Amiril Pengiran Maharajalila I menjabat Raja Tidung sampai tahun 1695.
1659 : Muhammad Zainuddin I (Marhum Negeri Laya) memerintah Kesultanan Sukadana-Matan (1659-1724). Abdul Jalilul Jabbar menjadi Sultan Brunei XI sampai tahun 1660.
1660 : Rakyatullah menjadi Sultan Banjar VII sampai 1663, ia membuat perjanjian dengan VOC 18 Desember 1660. Abdul Mubin menjadi Sultan Brunei XIII sampai tahun 1673.
1661 : Abdul Hakkul Mubin menjadi Sultan Brunei XIII sampai tahun 1673. Utusan kesultanan Sukadana-Matan datang di Kesultanan Banjar untuk melaporkan bahwa Sukadana kembali menjadi daerah pegaruh dari Kesultanan Banjar semenjak sebelumnya pada tahun 1638.
1662 : Menurut Barra pada tahun 1662 hanya ada 12 jung orang Melayu, Inggris, Portugis mengangkut lada dan emas ke Makassar, sementara di Pelabuhan Banjarmasin dipenuhi lebih dari 1000 perahu layar, baik perdagangan interinsuler maupun perdagangan inter-kontinental.
1663 : Sultan Amrullah menjadi Sultan Banjar VIII, tetapi ia kemudian dikudeta oleh Sultan Agung menjadi Sultan Banjar IX sampai tahun 1679, dengan bantuan suku Biaju dan memindahkan ibukota ke Sungai Pangeran, Banjarmasin.
1665 : Aji Pangeran Dipati Maja Kusuma ing Martapura menjadi Sultan Kutai X sampai tahun 1686.
1667 : Panembahan Sulaiman I menjadi Raja Pasir sampai tahun 1680.
21 Januari 1668 : Lamohang Daeng Mangkona mendirikan Kota Samarinda yang penduduknya dikenal sebagai orang Bugis Samarinda Seberang.
1670 : Sultan Muhammad Tajuddin dari Sambas memerintah sampai tahun 1708.
1672 : Sultan Nata Muhammad Syamsudin Sa’idul Khairiwaddien, sebagai Raja Sintang yang pertama memakai memakai gelar yang lebih tinggi Sultan, memerintah sampai tahun 1737.
1673 : Muhyiddin menjadi Sultan Brunei XIV sampai tahun 1690.
1675 : Muhammad Syafeiuddin I menjadi Sultan Sambas sampai tahun 16701675 - 1685.
1680 : Amirullah Bagus Kusuma naik tahta kembali menjadi Sultan Banjar X sampai tahun 1700. Panembahan Adam I menjadi Raja Pasir sampai tahun 1705. Raja Senggauk menjadi Raja Mempawah.
1686 : Ratu Agung, wanita pertama memimpin Kesultanan Kutai Kartanegara hingga tahun 1700.
18 Januari 1689 : Penyebar agama Katolik, Antonio Ventimiglia tiba di Banjarmasin dari Goa, India.[6]
25 Juni 1689 : Kapal Portugis di bawah pimpinan Kapten Cotingo memasuki daerah Pulau Petak di kabupaten Kapuas dan menjalin hubungan dengan suku Dayak Ngaju.
1690 : Nassaruddin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1705.
1695 : Amiril Pengiran Maharajalila II menjabat Raja Tidung sampai tahun 1731.
1699 : Pada bulan April, dua orang bangsa Inggris Henry Watson dan Captain Cotesworth diinstruksikan mendirikan factory/gudang di Banjarmasin.[7]
1700 : Hamidullah menjadi Sultan Banjar XI sampai tahun 1734. Aji Pangeran Dipati Tua menjadi Sultan Kutai Kartanegara XII yang sampai tahun 1710. Tahun 1700 terjadi perang antara Landak dan Matan,karena perebutan pewarisan intan kobi. Landak dibantu oleh Banten dan VOC, karena itu kemudian Banten menyatakan Landak dan Matan di bawah kuasa Kesultanan Banten.
1701 : Sesudah kekalahan orang-orang Banjar dalam Perang Inggris-Banjar I pada Oktober 1701, orang-orang Cina kehilangan tempat dan hak mereka dalam pasar lada. Karena sebagian besar tindakan raja Banjar diatur oleh Inggris sebagai pemenang perang, maka diperintahkanlah semua rakyatnya untuk menjual ladanya kepada orang-orang di bawah pengawasan Inggris, yang mendirikan tempat penjagaan yang terletak di muara sungai Barito.
1703 : Sultan Aji Muhammad Alamsyah menjadi Sultan Pasir I sampai tahun 1726, untuk pertama kalinya penguasa Pasir mengambil gelar yang lebih tinggi Sultan.
1705 : Hussin Kamaluddin menjadi Sultan Brunei (periode I) sampai tahun 1730.
1707 : Orang-orang Inggris diusir dari Banjar dalam Perang Inggris-Banjar II tahun 1707, sehingga orang-orang Cina dapat bebas kembali untuk mengadakan transaksi dengan para pedagang lada Banjar dan Biaju. Jumlah orang-orang Cina yang berkumpul di daerah Kesultanan Banjar makin hari makin besar terdiri atas pedagang-pedagang jung dan pedagang-pedagang menetap.
1708 : Umar Akamuddin I menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1732.
1710 : Aji Pangeran Anum Panji Mendapa ing Martapura menjadi Sultan Kutai Kartanegara XIII sampai tahun 1735.
1724 : Pemerintahan Kerajaan Matan/Sukadana oleh Sultan Ma’aziddin (1724-1762).
1726 : Sebagai menantu dari Sultan Pasir, La Madukelleng (Pahlawan Nasional) menjabat Raja Pasir sampai tahun 1736.
1730 : Muhammad Alauddin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1745.
1731 : Wira Amir menjadi Sultan Bulungan I sampai tahun 1777. Amiril Pengiran Dipati II menjabat Raja Tidung sampai tahun 1765.
1732 : Abubakar Kamaluddin I menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1762. Ibukota Kesultanan Kutai dipindah dari Kutai Lama ke Pemarangan.
1733 : Panglima perang dari La Madukelleng (Arung Singkang) menyerang Banjarmasin tetapi mengalami kegagalan.
1734 : Tamjidillah I menjadi Sultan Banjar XII sampai tahun 1759.
1735 : Aji Muhammad Idris menjadi Sultan Kutai Kartanegara XIV sampai tahun 1778.
1736 : Sultan Sepuh I Alamsyah menjadi Sultan Pasir II sampai tahun 1766.
1740 : Panembahan Mempawah, Opu Daeng Manambung mendatangkan pekerja tambang dari daratan Cina.
1745 : Hussin Kamaluddin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1762 untuk kedua kalinya.
1747 : Kompeni Belanda mendirikan benteng di Pulau Tatas (Banjarmasin) merupakan permukiman Eropa pertama di Kalimantan hingga tahun 1810 kemudian ditinggalkan oleh Marshall Daendels sesuai perjanjian dengan Sultan Banjar.
1750 : Puana Dekke meminjam tanah kepada Tamjidullah I untuk mendirikan pemukiman di tenggara Kalsel yang kelak dikenal sebagai orang Bugis Pagatan.
7. Zaman Kekuasaan VOC
Orang-orang Italia merupakan orang Eropa pertama yang mengunjungi Kalimantan pada abad ke-14, kemudian disusul orang Spanyol, Inggris, dan Belanda. Kerajaan Sambas merupakan daerah pertama yang berada di bawah pengaruh Belanda semenjak kontrak dengan VOC yang dibuat oleh Ratu Sapudak (Raja Sambas) pada tanggal 1 Oktober 1609. Pada tanggal 4 September 1635, Kesultanan Banjar membuat kontrak perdagangan yang pertama dengan VOC dan VOC akan membantu Banjar menaklukan Paser. Sejak 1636, Banjarmasin berusaha menjadi pusat mandala bagi kerajaan-kerajaan lainnya yang ada di Kalbar, Kalteng, dan Kaltim. Hikayat Banjar mencatat adanya pengiriman upeti kepada Sultan Banjarmasin dari Sambas, Sukadana, Paser, Kutai, Berau, Karasikan (Buranun/Sulu), Sewa Agung (Sawakung), Bunyut dan negeri-negeri di Batang Lawai. Sukadana (dahulu bernama Tanjungpura) merupakan induk bagi kerajaan Tayan, Meliau, Sanggau dan Mempawah. Pada tahun 1638 di Banjarmasin terjadi tragedi pembantaian terhadap orang-orang Belanda dan Jepang sehingga Belanda mengirim ekspedisi penghukuman dan membuat ancaman terhadap Kesultanan Banjarmasin, Kerajaan Kotawaringin dan Kerajaan Sukadana. Tahun 1700 Sukadana (Matan) mengalami kekalahan dalam perang dengan Landak (vazal Banten). Landak dibantu Banten dan VOC, sehingga Banten mengklaim Landak dan Sukadana (sebagian besar Kalbar) sebagai wilayahnya. Tahun 1756 VOC berusaha mendapatkan Lawai, Sintang dan Sanggau dari Banjarmasin. Daerah awal di Kalimantan yang diklaim milik VOC adalah wilayah sepanjang pantai dari Sukadana sampai Mempawah yang diberikan oleh Kesultanan Banten pada 26 Maret 1778. VOC sempat mendirikan pabrik di Sukadana dan Mempawah tetapi 14 tahun kemudian ditinggalkan karena tidak produktif (Sir Stamford Rafless, The History of Java). Pendirian Kesultanan Pontianak yang didukung VOC di muara sungai Landak semula diprotes Landak karena merupakan wilayahnya tetapi akhirnya mengendur karena tekanan VOC. Pada 13 Agustus 1787, Kesultanan Banjar menjadi daerah protektorat VOC dan vazal-vazal Banjarmasin diserahkan kepada VOC meliputi Kaltim, Kalteng, sebagian Kalsel, dan pedalaman Kalbar, yang ditegaskan lagi dalam perjanjian 1826. Hindia Belanda kemudian membentuk Karesidenan Sambas dan Karesidenan Pontianak dengan diangkatnya raja-raja sebagai regent dalam pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Belakangan Karesidenan Sambas dilebur ke dalam Karesidenan Pontianak beserta daerah pedalaman Kalbar menjadi Karesidenan Borneo Barat. Tahun 1860 Hindia Belanda menghapuskan Kesultanan Banjar, kemudian terakhir wilayahnya menjadi bagian dari Karesidenan Afdeeling Selatan dan Timur Borneo.

1756 : Pada 20 Oktober 1756 Tamjidullah I membuat perjanjian dengan VOC berisi larangan berdagang lada dengan orang Cina, Inggris dan Prancis selanjutnya VOC akan membantu menaklukkan kembali daerah yang memisahkan diri seperti : Berau, Kutai, Paser, Sanggau, Sintang dan Lawai.
1759 : Muhammad Aliuddin Aminullah menjadi Sultan Banjar XIII sampai tahun 1761.
1761 : Susuhunan Nata Alam adalah Sultan Banjar XIV sampai tahun 1801, sebelumnya sebagai wali Putra Mahkota yang masih kecil.
1762 : Umar Akamuddin I menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1793. Di Brunei, Omar Ali Saifuddin I menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1795.
1765 : Amiril Pengiran Maharajadinda menjabat Raja Tidung sampai tahun 1782.
1766 : Sultan Ibrahim Alam Syah menjadi Sultan Pasir III sampai tahun 1786.
23 Oktober 1771 : Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie yang pada tahun 1778 direstui VOC-Belanda sebagai Sultan Pontianak I berkuasa sampai tahun 1808. Pendirian kerajaan baru di muara sungai Landak ini semula diprotes oleh Kerajaan Landak.
1772 : Sayyid Idrus Alaydrus, menantu Sultan Mahmud Badaruddin I dari Kesultanan Palembang diangkat VOC-Belanda menjadi Yang DiPertuan Kerajaan Kubu yang pertama, memerintah sampai tahun 1795.
1775 : La Pangewa, pemimpin orang Bugis-Pagatan direstui Sultan Tahmidullah II sebagai raja pertama Kerajaan Pagatan, setelah menggempur Pangeran Amir (Raja Kusan I) yang menyingkir hingga ke Kuala Biaju.
1777 : Republik Lanfang sebuah negara Hakka di Kalimantan Barat didirikan oleh Low Fang Pak sampai akhirnya dihancurkan oleh VOC-Belanda di tahun 1884.
1778 : Menurut akta tanggal 26 Maret 1778 Landak dan Sukadana diserahkan kepada Kompeni Belanda oleh Sultan Banten. Inilah wilayah yang mula-mula menjadi milik VOC.
1778 : Aji Muhammad Aliyeddin menjadi Sultan Kutai Kartanegara XIV sampai tahun 1780.
1780 : Aji Muhammad Muslihuddin menjadi Sultan Kutai Kartanegara XV sampai tahun 1816.
1782 : Amiril Pengiran Maharajalila III menjadi Raja Tidung sampai tahun 1817.
28 September 1782 : Pemindahkan ibukota Kesultanan Kutai Kartanegara dari Pemarangan ke Tepian Pandan.
1785 : Pangeran Amir dibantu Arung Tarawe menyerang Tabaneo dengan pasukan 3000 orang Bugis-Paser berkekuatan 60 buah perahu untuk menuntut tahta Kesultanan Banjar dari Tahmidullah II.[8]
1786 : Ratu Agung menjadi Sultan Pasir II sampai tahun 1788.
14 Mei 1787 : Pangeran Amir ditangkap Kompeni Belanda, kemudian diasingkan ke Srilangka.
13 Agustus 1787 : Sultan Tahmidullah II menyerahkan kedaulatan Kesultanan Banjar kepada VOC menjadi daerah protektorat dengan Akte Penyerahan di depan Residen Walbeck, setelah VOC-Belanda berhasil menyingkirkan Pangeran Amir, rivalnya dalam perebutan tahta. Sebagian besar Kalimantan diserahkan menjadi properti perusahaan VOC.
1788 : Sultan Dipati Anom Alamsyah menjadi Sultan Pasir III sampai tahun 1799. Sultan ini menikahi Ratu Intan I yaitu Ratu dari Tjangtoeng dan Batoe Litjin.
1789 : Sultan Pontianak dengan dukungan Belanda melakukan serangan terhadap Panembahan Mempawah dengan tujuan merebut wilayah Panembahan Mempawah. Kongsi Lan Fong kemudian juga mengirimkan pasukannya membantu pasukan Sultan Pontianak. Panembahan Mempawah kalah kemudian Raja Panembahan Mempawah mengundurkan dirinya ke daerah Karangan dan kemudian menetap di sana.
1790 : Abubakar Tajuddin I menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1814.
1795 : Muhammad Tajuddin menjadi Sultan Brunei IX sampai tahun 1807. Memerintahkan Khatib Haji Abdul Latif menuliskan Silsilah Raja-Raja Brunei serta memerintahkan supaya membuat rumah wakaf untuk jamaah haji Brunei di Mekkah.
1797 : Kedaulatan atas daerah Paser dan Pulau Laut diserahkan VOC kembali kepada Sultan Banjar, Tahmidullah II.
1799 : Sultan Sulaiman II Alamsyah menjadi Sultan Pasir IV sampai tahun 1811.
8. Zaman Hindia Belanda
1801 : Sulaiman Saidullah II menjadi Sultan Banjar XV sampai tahun 1825.
1806 : Muhammad Jamalul Alam I menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1807.
1806 : 11 Agustus 1806 Keraton Banjar berganti nama dari Bumi Kencana menjadi Bumi Selamat.
1807 : Muhammad Kanzul Alam menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1829.
1808 : Syarif Kasim Alkadrie menjadi Sultan Pontianak II sampai tahun 1819.
1810 : Sultan Alimuddin menjadi sultan pertama Kesultanan Sambaliung, pecahan Kesultanan Berau yang dibagi dua.
1811 : Sultan Ibrahim Alamsyah menjadi Sultan Pasir sampai tahun 1815.
1812 : Alexander Hare menjadi Resident-commissioner bagi pemerintahan Inggris di Banjarmasin.[9]
1814 : Ratu Imanuddin memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Kotawaringin dari Kotawaringin Lama ke Pangkalan Bun.
1814 : Muhammad Ali Syafeiuddin I menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1828.
1815 : Sultan Mahmud Han Alamsyah menjadi Sultan Pasir sampai tahun 1843.
1816 : Aji Muhammad Salehuddin menjadi Sultan Kutai XVI sampai tahun 1845.
1817 : Amiril Tadjoeddin menjabat Raja Tidung sampai tahun 1844.
1817 : 1 Januari 1817 Kontrak Persetujuan Karang Intan I antara Sultan Sulaiman dari Banjar dengan Hindia Belanda diwakili Residen Aernout van Boekholzt.
1819 : Syarif Osman Alkadrie menjadi Sultan Pontianak III sampai tahun 1855. Ia ditunjuk Pemerintah Hindia Belanda untuk memimpin Afdeeling Pontianak.
1820 : Zainul Abidin II bin Badruddin (1820 - 1834) menjadi Sultan Gunung Tabur I, pecahan dari Kesultanan Berau. Pangeran Musa menantu Sultan Sulaiman dari Banjar menjadi Raja Kusan II sampai tahun 1830.
1823 : 13 September 1823 : Kontrak Persetujuan Karang Intan II antara Sultan Sulaiman dari Banjar dengan Hindia Belanda diwakili Residen Mr. Tobias.
1825 : Adam Alwasikh Billah menjadi Sultan Banjar XVI sampai tahun 1857. Di Brunei, Muhammad Alam menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1828.
1825 : Bulan Juli 1825, Pangeran Aji Jawi, Raja Tanah Bumbu menjalin kontrak dengan Hindia Belanda.
1826 : Setelah serangan penaklukan keraton Banjar di Banjarmasin pada tahun 1826, Hindia Belanda telah membuat aturan daerah mana saja yang masih dikuasai Kesultanan Banjar dan menentukan pembagian wilayah-wilayah.
1828 : Usman Kamaluddin menjadi wali Sultan Sambas sampai tahun 1832.
1829 : Omar Ali Saifuddin II menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1852.
1830 : Pangeran M. Nafis bin Pangeran Musa menjadi Raja Kusan III sampai tahun 1840.
1832 : Umar Akamuddin III menjadi wali Sultan Sambas sampai tahun wafat 22 Desember 1846.
1835: Zending dari Jerman mulai bekerja di selatan Kalimantan.[10]
1837 : Berdirinya swapraja Kerajaan Matan berdiri dengan rajanya Panembahan Anom Kusuma Negara.
1840 : Pangeran Jaya Sumitra bin Pangeran M. Nafis menjadi Raja Kusan IV sampai tahun 1850.
24 September 1841 : James Brooke diangkat menjadi gubernur Sarawak
1841 : Pangeran Aji Jawi, Raja Tanah Bumbu mangkat. Pangeran Mangku Bumi menjadi Raja Sampanahan, Pangeran Muda Muhammad Arifbillah menjadi Raja Cengal, Manunggul, Bangkalaan, sedangkan Raja Aji Mandura sebagai Raja Cantung.
18 Agustus 1842 : James Brooke diberi gelar Rajah oleh Sultan Brunei. James Brooke menguasai wilayah Sarawak yang paling barat hingga kematiannya pada 1868.
1843 : Sultan Adam II Aji Alamsyah menjadi Sultan Pasir sampai tahun 1853.
1844 : Amiril Pengiran Djamaloel Kiram menjabat Raja Tidung sampai tahun 1867.
11 Oktober 1844 : Sultan Kutai mengakui pemerintahan Hindia Belanda dan mematuhi pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan yang diwakili oleh seorang Residen yang berkedudukan di Banjarmasin.
1845 : Swapraja Kerajaan Matan dipimpin oleh Panembahan Muhamamad Cabran dari tahun 1845-1908.
18 Maret 1845 : Kontrak dengan Hindia Belanda mengenai wilayah Kesultanan Banjar. Wilayah baru ini lebih kecil dibanding dengan sebelumnya, yaitu hanya daerah inti dari Kesultanan Banjar dan tidak mempunyai akses ke laut. Dan Belanda mengangkat gubernur bernama Weddik. [5]
1846 : Raja Aji Mandura, menggabungkan negeri Buntar-Laut dengan Kerajaan Cantung, sehingga ia menjadi Raja Cantung dan Buntar-Laut.
1846 : Abu Bakar Tadjuddin II menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1854. Masa pemerintahan Ratu Intan II, ratu dari Bangkalaan, Manoenggoel dan Tjingal.
28 September 1849 : Gubernur Jenderal J.J. Rochussen datang ke Pengaron di Kesultanan Banjar untuk meresmikan pembukaan tambang batu bara Hindia Belanda pertama yang dinamakan Tambang Batu Bara Oranje Nassau Bentang Emas.
1850 : Pangeran Akhmad Hermansyah menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1865. Aji Muhammad Sulaiman menjadi Sultan Kutai XVIII sampai tahun 1899. Pangeran Jaya Sumitra menjadi Raja Pulau Laut I sampai tahun 1861.
1852 : Abdul Momin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1885.
8 Agustus 1852 : Tanpa persetujuan Sultan Adam, Pangeran Tamjidillah II diangkat menjadi Sultan Muda oleh Pemerintah Hindia Belanda merangkap Mangkubumi di Kesultanan Banjar. Hindia Belanda dan Tamjidilah II sudah membangun konsesus dalam mendapatkan tanah apanase di Pengaron sebagai wilayah pertambangan batu bara.
1853 : Pemerintah Hindia Belanda menempatkan J. Zwager sebagai Asisten Residen di Samarinda. Sultan Sepuh II Alamsyah menjadi Sultan Pasir sampai tahun 1875.
1854 : Umar Kamaluddin menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1866.
1855 : Syarif Hamid Alkadrie menjadi Sultan Pontianak IV sampai tahun 1872.
9 Oktober 1856 : Hindia Belanda mengangkat Hidayatullah II sebagai Mangkubumi Banjar untuk meredam pergolakan di Kesultanan Banjar atas tersingkirnya Pangeran Hidayatullah yang didukung oleh kaum ulama dan bangsawan keraton serta telah mendapat wasiat dari Sultan Adam sebagai Sultan Banjar.
30 April 1856 : Pangeran Hidayatullah II menandatangani persetujuan pemberian konsesi tambang batu bara kepada Hindia Belanda karena pengangkatannya sebagai Mangkubumi Banjar.
1857 : Tamjidillah Alwasikh Billah diangkat Belanda menjadi Sultan Banjar XVII sampai tahun 1860 kemudian dimakzulkan dan dikirim Belanda ke Bogor.
11 November 1858 : Pertama kali meletusnya Perang Banjar, dipimpin Pangeran Antasari.
18 April 1859 : Penyerangan terhadap tambang Oranje Nassau dipimpin langsung oleh Pangeran Antasari dibantu oleh Pembekal Ali Akbar dan Mantri Temeng Yuda atas persetujuan Pangeran Hidayatulah II.
25 Juni 1859 : Hindia Belanda memakzulkan Tamjidillah II sebagai Sultan Banjar sebagai hasil kesepakatan Mangkubumi Pangeran Hidayatullah II dan Kolonel Andresen untuk memulihkan keadaan. Dengan siasat menempatkan Pangeran Hidayatullah sebagai Sultan Banjar dan menurunkan Tamjidillah II karena Belanda menilai penyerangan tambang mereka berkaitan dengan kekuasaan di Kesultanan Banjar.
27 September 1859 : Belanda berhasil menduduki benteng pasukan Pangeran Antasari di Gunung Lawak.
5 Februari 1860 : Belanda mengumumkan bahwa jabatan Mangkubumi Pangeran Hidayat dihapuskan.[11]
11 Juni 1860 : Residen Belanda, I. N. Nieuwen Huyzen mengumumkan penghapusan kerajaan di seluruh Kalimantan, termasuk pemerintahan Kesultanan Banjar.
1860 : Pangeran Syarif Ali Alaydrus putera dari Syarif Idrus Alaydrus raja Kerajaan Kubu diangkat Belanda menjadi Raja Sabamban I
1861 : Pangeran Abdul Kadir menjadi Raja Pulau Laut II sampai tahun 1873.
14 Maret 1862 : Pangeran Antasari ditabalkan sebagai Panembahan (Sultan Banjar XVIII) oleh para kepala suku Dayak yang dipimpin oleh Kiai Yang Pati Jaya Raja, adipati (gubernur) wilayah Tanah Dusun, Kapuas dan Kahayan.
11 Oktober 1862 : Pangeran Antasari (Pahlawan Nasional) mangkat karena penyakit cacar.
1862 : Gusti Muhammad Seman menjadi Sultan Banjar XIX dalam pemerintahan Pagustian sampai gugur di tembak Belanda pada tahun 1905.
1863 : Suku Iban bermigrasi ke daerah hulu sungai Saribas dan sungai Rajang, dan menyerang suku Kayan di daerah hulu sungai-sungai dan terus maju ke utara dan ke timur. Perang dan serangan pengayauan menyebabkan suku-suku lain terusir dari lahannya.
27 Februari 1864 : eksekusi Demang Lehman di tiang gantungan di tanah lapang Martapura.
1865 : Pangeran Ratu Anom Kusuma Yudha menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1904.
16 Agustus 1866 : Muhammad Syafeiuddin II menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1924.
1867 : Datoe Maoelana/Ratoe Intan Doera menjabat Raja Tidung sampai tahun 1896.
1872 : Syarif Yusuf Alkadrie menjadi Sultan Pontianak V sampai tahun 1895.
1873 : Pangeran Berangta Kasuma menjadi Raja Pulau Laut III sampai tahun 1881.
1875 : Pangeran Aji Inggu putera Sultan Sepuh II Alamsyah menjadi Raja Pasir sampai tahun 1876.
1876 : Perang Sukadana dengan Pontianak, pelabuhan Sukadana akhirnya ditutup. Sultan Abdur Rahman Alamsyah (1876 - 1896) dinobatkan oleh rakyat menjadi Sultan Pasir di Benua dan Sultan Muhammad Ali (1876 - 1898) dinobatkan oleh Belanda menjadi Sultan Pasir di Muara Pasir.
1877 : Abdul Momin membuat perjanjian dengan Gustavus Baron de Over-back dan Alfred Dent mengenai penggadaian terhadap wilayah-wilayah Brunei di Sabah.
1881 : Sabah diambil alih oleh British North Borneo Company kemudian menjadi protektorat Britania Raya dengan masalah internal tetap diadministrasi oleh perusahaan tersebut tahun 1888. Pangeran Amir Husin Kasuma menjadi Raja Pulau Laut IV sampai tahun 1900.
1885 :Hashim Jalilul Alam Aqamaddin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1906.
1894 : Pertemuan suku-suku Dayak di Tumbang Anoi, Kalimantan Tengah untuk mengakhiri tradisi ngayau.
1895 : Pencatatan penduduk Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo terdiri : 598 orang Eropa, 4.525 orang China, 1.534 orang Arab, 116 orang Timur Asing serta 803.013 orang Bumiputera. Syarif Muhammad Alkadrie menjadi Sultan Pontianak VI sampai tahun 1944.
1896 : Datoe Adil menjabat Raja Tidung sampai tahun 1916.
1898 : Kevakuman pemerintahan Kesultanan Pasir sampai tahun 1899 karena diambil alih Belanda.
1899 : Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo. Aji Muhammad Alimuddin menjadi Sultan Kutai XIX sampai 1910. Sultan Ibrahim Khaliluddin menjadi Sultan Pasir sampai tahun 1908.
1903 : Sultan Brunei mengutus surat kepada Sultan Abdul Hamid II, Turki Usmaniyah karena Limbang (wilayah Brunei) direbut oleh Charles Brooke pada tahun 1890.
1905 : Pangeran Ratu Sukma Negara menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1913.
24 Januari 1905 : Sultan Muhammad Seman, putra dari Pangeran Antasari gugur melawan Belanda di pedalaman sungai Barito.
15 September 1905 : Panglima Batur digantung Belanda.
1906 : Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin menandatangani Perjanjian Protektorat Inggris atas Brunei dan menerima Sistem Residen di Brunei. Penggantinya, Muhammad Jamalul Alam II menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1924.
1908 : Gusti Muhammad Saunan berkuasa di swapraja Kerajaan Matan sejak 1908-1944.
1914 : Pangeran Ratu Sukma Alamsyah menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1939.
1919 : Banjarmasin ibukota Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo mendapat otonomi pemerintahan menjadi Gemeente Bandjermasin.
1920 : Untuk menghindari rodi (erakan) yang dijalankan Belanda gelombang terakhir suku Banjar migrasi menyusuri jalur selatan Kalimantan Barat, pantai utara Bangka (Belinyu) menuju Kuala Tungkal dan Tembilahan selanjutnya menyebar ke Sumatera Utara, Batu Pahat dan Perak, Malaysia. Jalur ini merupakan jalur kuno migrasi Suku Maanyan ke Madagaskar.
14 November 1920 : Sultan Aji Muhammad Parikesit menjadi Sultan Kutai XX.
1923 : Nasional Borneo Kongres ke-1 diprakarsai oleh Sarekat Islam.
1924 : Muhammad Ali Syafeiuddin II menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1926 dan di Brunei, Ahmad Tajuddin menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1950. Di Banjarmasin, J. De Haan menggantikan kedudukan C.J. Van Kempen sebagai residen Belanda sampai tahun 1929
29 Maret-31 Maret 1924 : National Borneo Congres ke-2, dihadiri Sarekat Islam lokal dan wakil-wakil Perserikatan Dayak (non Islam).
1926 : Muhammad Ibrahim Syafeiuddin menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1944.
1929 : R. Koppenel menjadi residen Belanda di Banjarmasin sampai tahun 1931.
1933 : W.G. Morggeustrom menjadi residen Belanda di Banjarmasin sampai 1937.
12 Juni 1936: Pemerintah Hindia Belanda menetapkan Tanjung Puting sebagai cagar alam dan suaka margasatwa.
1938 : Residentie Wester Afdeeling van Borneo dan Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo menjadi sebuah Kegubernuran Borneo dengan dr. A. Haga sebagai gubernur sampai kedatangan Jepang. Gemeente Bandjermasin ditingkatkan menjadi Stads Gemeente Bandjermasin.
1940 : Pangeran Ratu Anom Alamsyah menjadi Raja Kotawaringin sampai tahun 1948.
25 Desember 1941 : Jepang membom Lapangan Terbang Ulin, Landasan Ulin, Banjarbaru.
9. Zaman Jepang
21 Januari 1942 : Jepang menembak jatuh pesawat Catalina-Belanda di sungai Barito perairan Alalak, Barito Kuala.
8 Februari 1942 : Jepang memasuki Muara Uya, Tabalong, Gubernur Haga mengungsi ke Kuala Kapuas selanjutnya menuju pedalaman Barito yaitu Puruk Cahu, dengan rencana untuk merebut kembali ibukota Borneo (Banjarmasin) dengan perang gerilya.
10 Februari 1942 : Tentara Jepang memasuki Banjarmasin, ibukota Borneo (Kalimantan).
12 Februari 1942 : Tentara Jepang mengeluarkan maklumat kota Banjarmasin dan daerahnya diserahkan kepada Pimpinan Pemerintahan Civil.
3 Maret 1945 : Misi operasi Platypus mulai dijalankankan di Balikpapan.[12]
5 Maret 1942 : A.A Hamidhan menerbitkan surat kabar Kalimantan Raya di Banjarmasin.
18 Maret 1942 : Kiai Pangeran Musa Ardi Kesuma ditunjuk Jepang sebagai Ridzie, penguasa tertinggi pemerintah sipil meliputi wilayah Banjarmasin, Hulu Sungai dan Kapuas-Barito.
1944 : Syarif Thaha Alkadrie menjadi Sultan Pontianak VII sampai tahun 1945.Muhammad Taufik menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1984.
17 April 1945 : Rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara Jepang baik yang naik sepeda, mobil dan sebagainya.
10. Zaman NICA dan Federalisme
1945 : Sultan Hamid II menjadi Sultan Pontianak VIII sampai tahun 1950.
6 Mei 1945 : Pembentukan TRI pasukan MN 1001, MKTI (MN=Muhammad Noor)
2 September 1945 : Pemerintahan Sukarno-Hatta melantik Ir. H. Pangeran Muhammad Noor sebagai gubernur Kalimantan.
17 Oktober 1945 : Penerjunan pertama pasukan payung Republik Indonesia di Desa Sambi, Arut Utara, Kotawaringin Barat (Palagan Sambi). Tanggal ini menjadi Hari Jadi Paskhas TNI AU.
9 November 1945 : Pertempuran di Banjarmasin melawan Belanda.
31 Januari 1946 : Di Yogyakarata, Presiden Sukarno menerima 32 pemuda Kalimantan[13]
1946 : Pemerintahan perusahaan British North Borneo Company berakhir dan Sabah menjadi koloni dari British North Borneo sampai menjadi federasi Malaysia pada 1963.
17 Mei 1949 : Proklamasi Kalimantan oleh Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan oleh Letkol. Hasan Basry (Pahlawan Nasional).
1950 : Omar Ali Saifuddin III menjadi Sultan Brunei 1967.
18 April 1950 : Pembubaran Dewan Dayak Besar, Dewan Banjar dan Federasi Kalimantan Tenggara.
11. Zaman modern
14 Agustus 1950 : Pembentukan provinsi Kalimantan setelah bubarnya RIS dengan gubernur dr. Moerjani, tetap diperingati sebagai Hari Jadi Propinsi Kalimantan Selatan.
23 September 1953 : Wafatnya Ratu Zaleha, putri Sultan Muhammad Seman, tokoh emansipasi wanita Kalimantan, sebelumnya diasingkan di Cianjur.
4 Oktober 1956 : Sidang Kabinet memutuskan untuk memekarkan Propinsi Kalimantan menjadi tiga provinsi otonom.
7 Desember 1956 : Kalimantan dipecah menjadi provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
23 Mei 1957 : Pembentukan provinsi Kalimantan Tengah dimekarkan dari Kalimantan Selatan.
8 Desember 1962 : Revolusi Brunei pecah yang dipimpin oleh Yassin Affandi dan pemberontak bersenjatanya (Tentara Nasional Kalimantan Utara).
1963 : Sabah dan Sarawak bergabung dalam federasi Malaysia.
1967 : Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah menjadi Sultan Brunei XXIX hingga kini.
4 Januari 1979 : Brunei dan Britania Raya telah menandatangani Perjanjian Kerjasama dan Persahabatan.
1 Januari 1984 : Brunei Darussalam telah berhasil mencapai kemerdekaan sepenuhnya.
1984 : Pangeran Ratu Winata Kusuma sebagai kepala rumah tangga Kesultanan Sambas.
12 Mei 1984 : Penetapan Taman Nasional Tanjung Puting oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia.
1999 : Haji Aji Muhammad Salehuddin II menjadi Raja Kutai Kartanegara XXI hingga kini.
26 Mei - 29 Mei 2008 : Rakernas I Majelis Adat Dayak Nasional di Palangkaraya menuntut Otonomi Khusus untuk Kalimantan

Sumber : http://www.ceritadayak.com/2010/12/sejarah-kalimantan.html

Tuesday, March 27, 2012

MEDITASI

Raja Yoga berarti raja dari segala yoga. Dalam raja yoga kita biasanya mulai dengan meditasi. Ada suatu filosofi besar yang mendasar di dalamnya. Orang mungkin bertanya mengapa perlu untuk memulai dengan meditasi pada tingkat pertama dari raja yoga. Jawabannya sangat sederhana dan mudah. Kita sekarang mengumpulkan diri kita pada satu titik sehingga pikiran kita masing-masing dapat meninggalkan kebiasaannya berkeliaran yang sudah lama terbentuk. Dengan praktek ini kita mengatur pikiran kita masing-masing pada jalan yang benar. Karena pikiran sekarang merubah bentuk kebiasaannya. Jika semua ini dilakukan pikiran-pikiran kita tentu saja tidak akan kesasar.
Di dalam sistim pelatihan Sahaj Marg kita memulai dari dhyan yaitu langkah ketujuh dari Patanjali Yoga. Tetapkan pikiran kita pada satu titik dengan tujuan untuk menjalankan meditasi. Langkah-langkah sebelumnya bukanlah dipelajari secara terpisah, tetapi secara otomatis masuk ke dalam praktek saat kita mulai dengan meditasi. Dengan demikian banyak waktu dan tenaga kita disimpan.

Meditasi mungkin didefinisikan sebagai memikirkan terus menerus atas sesuatu atau tentang sesuatu.
Sedikit banyak, oleh karena itu siapapun yang memikirkan terus menerus atas sesuatu mungkin dapat dikatakan terlibat dengan suatu meditasi. Guru-guru kuno dua-duanya, di Timur dan di Barat diajarkan bahwa sebagai apa seseorang meditasi, dia akan menjadi seperti yang dimeditasikan. Oleh karena itu mengikuti pendapat bahwa pada apa yang kita meditasikan kita mendapat atau menjadi seperti demikian dan merupakan kebalikan dari formula ini, jika kita ingin menjadi sesuatu, kita harus meditasi terhadap keinginan tersebut dan tidak ada yang lainnya lagi. Oleh karena itu jika tujuan kita adalah mencapai kenyataan atau menginginkan hasil yang dicapai menjadi satu dengan yang Paling Besar, maka obyek dari meditasi haruslah yang Paling Besar tersebut dan tidak ada lainnya lagi.

Tempat untuk meditasi.
Milikilah suatu tempat khusus untuk meditasi, mempunyai sikap tubuh khusus, mempunyai waktu yang khusus. Ini menciptakan suatu lingkungan di dalam mana begitu kita datang, secara otomatis kita masuk dalam suasana meditasi, suasana hati merenung sehingga tempat khusus tersebut yang kita sediakan untuk meditasi dapat kamu katakan sebagai sebuah ashram juga.

Sikap tubuh.
Duduk dalam sikap tubuh yang cocok untuk satu jam di pagi hari dengan cara yang paling alami. Sikap tubuh harus selalu sama. Alasannya adalah dengan cara ini dia mendapati dirinya sendiri dihubungkan dengan kekuatan yang besar sekali. Satu-satunya yang dia terima pada permulaan untuk mencapai tujuannya yang khusus. Jadi suatu keadaan dimana dia dihubungkan dengan yang NYATA menolong dia banyak sekali sebagai permulaan yang utama.
Posisi tulang punggung tegak lurus,leher dan kepala dalam satu garis tegak lurus selama meditasi telah diajarkan merupakan posisi yang paling menguntungkan sejak jaman dahulu kala. Karena aliran keagungan suci dipercaya turun langsung pada abhyasi dalam sikap tubuh demikian. Di dalam cara atau praktek kami, bagaimanapun ini tidak dituntut. Biasanya saya menganjurkan abhyasi untuk duduk sewajarnya dengan sikap tubuh yang enak. Selain itu bahkan mereka yang mengambil posisi benar-benar lurus, sering ditemukan memberikan jalan secara otomatis kepada seorang pemohon, perlaha-lahan posisinya jatuh ke depan, sebagai bentuk timbulnya suatu penyerapan kebahagiaan. Dengan begitu mungkin dianggap lebih alamiah bahkan untuk tujuan naik ke keadaan kesadaran yang lebih tinggi. Sebenarnya suatu perdebatan terhadap suatu hal yang termasuk lebih kecil artinya , nampaknya tidak ada hubungannya.

Waktu untuk meditasi.
Sebaiknya duduk saat subuh untuk meditasi atau juka itu tidak memungkinkan pada jam tertentu yang cocok dengan abhyasi. Jangan merasa terganggu dengan hal-hal di luar tetapi tetap sibuk dengan pekerjaan kamu sendiri, pikirkan bahwa mereka sedang menolong kamu untuk merasakan kebutuhan akan penyerapan yang lebih besar di dalam praktekmu. Baik untuk meditasi antara jam 2 dan jam 4 pagi karena itulah saat yang paling baik selam 24 jam.

Mengapa kita harus meditasi selama satu jam?
Pada permulaan ketika kita muali meditasi, mungkin kamu tidak mampu untuk benar-benar meditasi, bahkan untuk satu menit dalam waktu 1 jam tersebut. Dan lama kelamaan kita mampu meditasi, sungguh-sungguh meditasi untuk waktu yang lebih lama dan lebih lama dan lebih lama. Karena ketika kita mulai, banyak waktu terbuang untuk menyesuaikan diri kita dengan situasinya, mencoba untuk mengontrol atas pikiran-pikiran kita, menempatkannya pada obyek dari meditasi dan menyimpannya di sana.
Pertama-tama kita harus membuat tubuh enak, dan sangat sering kamu akan menemukan orang-orang tidak mampu melakukannya bahkan selam seluruh periode meditasi. Mereka menggeliat-geliat, berputar dan mencoba untuk menemukan posisi yang menyenangkan. Setelah itu kita harus mulai menyusun kekauata pikiran dan perasaan.
Jadi bila kamu memikirkan baik-baik hal ini, kamu akan benar-benar menghargai bahwa untuk meditasi secara pantas memerlukan banyak sekali waktu. Dan hanya pada waktu kita mulai benar-benar meditasi perkembangan kita dimulai. Jadi itulah persoalan dengan meditasi, sementara meditasi menyediakan janji yang sangat banyak, semua ini tergantung pada kita. bagaimana kita melakukannya. Dan oleh karena itu Master berkata : “Meditasi setiap hari”. Karena dengan melakukan ini lagi dan lagi kita lambat laun menambah kemampuan kita untuk menerima perintah atas situasi yang ada.
Jadi meditasilah setiap hari dan dia telah menjelaskan itu harus dilakukan pada waktu yang sama, dalam tempat yang sama, karena dengan demikian pikiran secara otomatis menjadi terbiasa pada apa yang harus dikerjakan. Jadi meditasi sebaiknya dipraktekkan seperti yang diperintahkan dan dalam sikap yang sudah diatur. Karena dengan demikian kita secara otomatis masuk ke dalam keadaan meditasi pada waktu yang tepat. Kamu tahu, ketika sapi diperah pada saat yang tepat, susu tersebut mulai menetes secara otomatis. Lihat, inilah nilai dari suatu hidup secara teratur.

Dapatkah kita meditasi lebih dari satu jam untuk satu kali meditasi?
Kita tidak boleh. Kita harus melatih semacam kontrol yang dapat membedakan atas waktu meditasi kita. Dapat terjadi kadang-kadang kita meditasi lebih dari 1 jam. Tetapi jika terus terjadi maka mungkin kita harus menyimpan sebuah jam weker dan keluar dari persoalan tersebut. Karena di dalam Sahaj Marg terlalu banyak meditasi memberikan suatu tekanan pada otak - setiap satu kali sitting. Karena Babuji telah mengatakan kita dapat meditasi selam 1 jam untuk satu kali meditasi, beberapa kali dalam 1 hari, jika kamu mempunyai waktu, tetapi tidak lebih dari 1 jam setiap kalinya.
Ini sangat dimungkinkan untuk 1 jam sitting kelihatannya seperti baru lima menit berlalu dan untuk 5 menit sitting kelihatannya seperti sudah 1 jam. Tidak ada yang harus dilakukan dengan kwalitas dari transmisi. Ini hanya menunjukkan bahwa ada perubahan dalam pemahaman kita sementara ini seperti yang kita mengerti.

Mengapa kita harus menutup mata ketika kita meditasi ?
Ketika kita membuka mata, kita melihat dunia luar. Ketika kita menutup mata, kita dapat mengalihkan perhatian pada keadaan di dalam diri kita sendiri. Oleh karena itu dalam meditasi kita harus selalu menutup mata kita.

Apa tujuan meditasi ?
Meditasi adalah suatu proses. Ini adalah suatu proses dimana kita menjalankannya guna mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai, yaitu suatu tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya atau sudah dikodratkan. Saya tidak mengatakan : “Baik, kereta api sedang berjalan, biarkan saya pergi kemanapun kereta api itu pergi. Saya akan berhenti di Howrah daripada di Vijayawada, dan itupun saya akan turun hanya karena kereta api sudah tiba pada sebuah persimpangan atau pada sebuah ujung yang penghabisan. Meditasi adalah sebuah pelatihan yang menggunakan pikiran untuk tujuan mengatur pikiran dengan usaha kita. Jika pikiran kita dapat secara otomatis mengatur sendiri, mengapa kita harus meditasi ? Kita sudah menjadi orang suci (Rishis) ! Seperti yang Babuji katakan, seluruh tujuan meditasi adalah untuk mengadakan pemutaran dari kenyataan hidup ini bahwa pikiran adalah master/tuan kita. Kita harus menjadi tuan atas pikiran kita. Hanya sebatas ini, kita hanya membalikkannya saja. Kamu tahu, tetapi inipun kita harus mengerjakannya. Hal ini seperti menunggang kuda. Kamu harus naik kuda itu dan melatihnya. Kamu tidak dapat menunjukkan sebuah buku dan berkata : “Ijinkanlah saya naik ke punggungmu dengan layak. Kamu pasti seekor kuda yang baik !”. Kamu harus naik, kamu harus menanggung resiko dilempar beberapa kali. Kamu harus menunggangnya dengan lemah lembut/ hati-hati tetapi dengan kontrol penuh terhadap kekuatannya. Kamu harus manis tetapi juga kamu harus tegas.
Pikiran harus diatur dengan sadhana kita dan ini dapat dimungkinkan hanya dengan disiplin awal yang digunakan untuk meditasi. Ini berarti bahwa sedikit kedisiplinan adalah hal pertama yang dibutuhkan untuk menghasilkan disiplin yang lebih besar dan yang paling besar. Jadi adanya sedikit kedisiplinan ini lah yang kita butuhkan, pertama secara fisik bahwa sedikit kedisiplinan digunakan untuk meditasi dulu. Secara mental sedikit kedisiplinan digunakan untuk mencoba meditasi terhadap apa yang harus kita meditasikan. Dengan cara demikian tercapai yang lebih besar dan lebih besar lagi pengontrolan yang teratur atas pikiran kita; yang membawa kepada disiplin fisik yang lebih besar dan lebih besar lagi sebagai hasil daripadanya. Karena pikiranlah yang memberi input ke dalam tubuh atas perbuatan-perbuatan, keinginan-keinginannya. Oleh karena itu meditasi adalah aktivitas yang paling penting, kalau kita intin membuat disiplin diri kita sendiri. Karena pada awalnya hal ini akan memungkinkan terjadinya disiplin mental, kemudian hal ini akan memungkinkan terjadinya disiplin fisik, mengatur kehidupan kita, memberi ketentraman di dalamnya, menghasilkan disiplin mental yang lebih besar dan lebih besar, menghasilkan dukungan terhadap dirimu sendiri, semacam perputaran yang menopang diri kita untuk membuat tujuan kita dapat dicapai. Oleh karena itu tanpa sedikit kedisiplinan tujuan tidak dapat dicapai. Jadi suatu tujuan memungkinkan untuk dicapai selama kita mempunyai kedisiplinan di dalam diri kita.
Jika tidak ada disiplin mental, disiplin fisik tidak dapat terjadi. Itulah mengapa kita meditasi. Untuk memperoleh pengaturan terhadap pikiran, membuatnya menjadi disiplin, membuatnya memungkinkan bagi kita untuk menggunakan pikiran kemanapun kita memilihnya, menggunakan pikiran, tidak menggunakan pikiran, menggunakan pikiran - dengan demikian mencapai 100 % kekuatan pikiran, sehingga memungkinkan apa yang sudah dijanjikan dari suatu yoga yaitu yogi (orang yang melakukan yoga) akan menjadi mahir dalam apapun yang dia kerjakan.

Mengapa kita tidak meditasi pada titik-titik lainnya ?
Titik di antara kedua alis. Pada titik ini ada sebuah plexus (pusat tenaga) terletak yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan kekuatan melalui sistem, kekuatan kehidupan - shakti, itulah yang kita sebut dalam bahasa sansekerta. Ketika seseorang meditasi pada titik ini, orang akan mempunyai kemampuan atau orang akan mencapai kemampuan untuk mengontrol shaktinya saja. Alasan yang sama berlaku untuk meditasi pada titik di hidung. Kita sudah diberitahu, di sini kamu akan memperolah kekuatan ekstra tertentu yang berbeda, misalnya kemampuan untuk melihat sesuatu yang kamu tidak dapat lihat dengan mata, mencium sesuatu yang kamu tidak dapat cium dengan hidung.
Dalam Sahaj Marg kekuatan tidak dapat melakukan apa-apa terhadap kenaikan spiritual. Kenyataannya seseorang berkembang kepada Yang Tertinggi dan suatu hari seseorang keluar dari tubuhnya masuk ke alam baka. Semua kekuatan, semua hal-hal lain yang sudah dicapainya, ditinggalkan dibelakang sini. Jadi apa yang orang lakukan dengan kekuatan ? Kekuatan adalah sesuatu yang orang pergunakan selama ia berada di dunia sementara, kehidupan sementara dan semua ini bisa semakin merosot.

Mengapa kita tidak meditasi pada obyek dan bentuk-bentuk lainnya ?
Bagaimana saya meditasi pada yang suci ? Master saya berkata, “Selama kamu meditasi pada bentuk yang terbatas, nama yang terbatas, berarti di sana ada pembatasan. Ketika kamu menyebut Shiva, dia hanyalah seorang Shiva, mungkin dengan senjatanya yang bermata tiga, dan ini, dan itu dan ular yang melingkar di leher. Ketika kamu menyebut Wisnu, dia hanyalah seorang Wisnu”. Jadi Master saya berkata, “Berjalanlah melebihi bentuk-bentuk ini, mereka hanyalah petugas-petugas alam. Yang satu adalah dewa pencipta, yang satu dewa pemelihara, yang satu dewa perusak. Mereka hanyalah petugas-petugas. Prinsip yang utama adalah apa yang kamu sebut PARA yaitu tidak mempunyai nama, tidak berbentuk, tidak mempunyai lambang-lambang. Dia tidak berbentuk, jadi dalam sistem kita tidak mempunyai bentuk. Dia tidak bernama, jadi kita tidak mempunyai sebuah mantera.
Jika kita mencoba untuk meditasi dengan 2 sistem atau 2 guru atau 2 hal yang berbeda yang sedang berperang di dalam pikiran kita, bahkan walaupun yang satu itu baik, kita sesungguhnya sedang menghancurkan diri kita sendiri. Oleh karena itu ingat-ingatlah kembali. Meditasilah hanya menurut sistem, apapun sistem yang kamu pakai. Jika kamu ingin mengikuti meditasi cara Sahaj Marg, kamu harus melakukannya secara lengkap, seluruhnya, mengesampingkan yang lain-lainnya. Kita tidak dapat mempunyai 2 Tuhan, kita tidak dapat mempunyai 2 metode, kita tidak dapat mempunyai 2 arus yang mengalir bersamaan di dalam pikiran. Ini seperti mencoba menciptakan daging dari sayur-sayuran . Hal ini tidaklah mungkin.
Mengapa kita meditasi pada hati ?
1. Hati adalah tempat duduknya Tuhan. Jadi ketika kamu ingin mendekati Tuhan melalui sistem yang ada pada kamu, kamu mendekatinya dengan merasakan kehadiran Dia di dalam hatimu. Tuhan berkata di dalam Gita : “Saya ada di dalam hati setiap mahluk hidup ciptaan Tuhan”.

2. Hati adalah tempat dimana kehidupan manusia, karakter manusia di tentukan.
3. Hati adalah yang menguasai hidup, di dalam sanalah jika ada hati, kita hidup. Jika hati berhenti bekerja, kitapun berhenti untuk hidup.

4. Hati adalah tempat dimana sirkulasi darah dimulai dan berhenti. Kamu tahu darah adalah unsur pokok yang paling penting bagi sistem manusia. Karena darahlah yang membawa zat makanan kepada setiap bagian tubuh, membawa kembali produk-produk sisa dari kehidupan, mengalirkannya ke dalam paru-paru, menjernihkan dan kemudian mengalirkan kembali kepada seluruh bagian melalui sistem tubuh.

Jadi hati dan darah merupakan bagian atau komponen yang sangat penting dalam kehidupan kita dan jika pembersihan dilaksanakan di sini, ini sudah mencakup seluruh sistem yang ada. Dan oleh karenanya kita membersihkan hati, menanamkan cinta ke dalam hati, inilah yang kita coba untuk lakukan di dalam Sahaj Marg. Dalam banyak hal kita mencoba membuat resapan dari penggunaan kekuatan yang unik, kekuatan atas cinta, kekuatan atas hasil karya spiritual Master masuk ke dalam hati, dari tempat ini kemudian menyebar melalui seluruh sistem.
Master menempatkan dirinya sendiri, benihnya ke dalam hati dan oleh karena itu jika kita menerima biji tersebut dengan cara yang kita harus menerimanya, keajaiban terjadi bahwa masing-masing dari kita menjadi anak Master dalam segala hal yang diperlukan oleh seorang anak.
Kita harus melunakan hati kita, buat batu karang tersebut menjadi cair kembali, lembut. Apa tanda pertama dari kelunakan ini telah datang dalam dirimu ? Airmata ! Orang-orang meditasi dan mereka mulai menangis tanpa mereka mengetahui mengapa airmata keluar dari matanya. Inilah tanda pertama bahwa hati telah mulai mencair. Saat kekerasan hati yang seperti karang ini telah hilang dan hati sudah menjadi lunak dan lembut, Master membentuknya menjadi seperti apa yang Dia inginkan.
Sahaj Marg berhubungan dengan hati, Sahaj Marg bekerja pada hati, Sahaj Marg bekerja dengan hati. Kita mengirimkan sesuatu dari hati ke hati. Hatilah yang kita ubah. Apalah artinya manusia selain hatinya ? Disitulah bagaimana manusia digambarkan - murah hati, baik hati, berhati iblis, berhati keji, berhati dingin dan sebagainya. Inilah bagaimana kita menggambarkan manusia.
Hari ini kita tidak mengerti diri kita, bagaimana kita dapat mengerti orang lain ? Orang yang mengerti dirinya sendiri dapat mengerti setiap orang. Orang yang tidak mengerti dirinya sendiri, tidak dapat mengerti apapun. Bagaimana untuk memperoleh pengertian ini ? Duduk dan meditasi. Pusatkan perhatianmu pada hati dan kemudian lihatlah dalam dirimu keindahan yang sangat besar, misteri yang sangat bagus ada di sana.

Pikiran diubah sebagai hati.
Dengan meditasi saya membersihkan alat pemahaman saya yaitu pikiran. Seperti Babuji katakan: “Alat yang pokok”. “Untuk kehancuran kamu dan untuk kebangkitan kamu”. Tidak ada yang dapat sepenuhnya menghancurkan kamu seperti yang dilakukan oleh pikiran jika kamu berpikir salah, tidak ada yang dapat membantu mengangkat kamu kepada Tuhan seperti yang dapat dilakukan oleh pikiranmu. Oleh karena itu dalam teknik raja yoga, pikiranlah yang kita gunakan, pikiranlah yang kita jadikan tuan, pikiranlah yang kita pakai. Tetapi setelah melakukan itu, keseluruhannya dipindahkan ke hati. Seperti yang kita sebut dalam istilah kejiwaan yoga : sekarang hati menjadi pikiran. Kita berpikir dengan hati, kita melihat dengan hati, kita mendengar dengan hati, kita berbicara dengan hati, hati sudah menjadi diri saya. Kamu lihat, inilah keajaiban spirituality, bahwa kita membuat seluruh kehidupan dengan mengatur pikiran, dengan memperoleh kontrol yang luar biasa atau pengaturan pikiran. Sekarang kita mampu mengenal kebijaksanaan memiliki, untuk memindahkan seluruh kesadaran, alat-alat yang berhubungan dengan pengertian ke dalam hati. Kemudian dimulailah spirituality yang sesungguhnya.

Meditasi adalah menunggu.
Kosongkan pikiranmu. Bersihkan semua isinya - yang baik, yang buruk, yang diinginkan, yang tidak menyenangkan - semuanya. Buka pintu. Sabar. Tunggu. Samskara terlalu banyak di dalam dirimu. Jangan khawatir dengannya. Kamu berhenti menciptakan samskara. Saya akan melepaskan apa yang ada di dalam kamu dan membuat kamu siap seperti kendaraan sebagaimana apa yang harus dimasukkan ke dalam kamu untuk muncul dan menempati posisi yang tepat yaitu di hatimu.
Bersihkan hatimu, sucikan, buat segalanya siap sedia dan tunggu pemunculan Master. Menunggu berarti sungguh-sungguh membiarkan sebuah proses berlangsung secara lengkap. Kamu memulai suatu proses dan kemudian menunggu. Kamu memasukkan kentang ke dalam panci, meletakannya di atas api dan kemudian menunggu. Menunggu menyatakan sebuah pengertian terhadap banyak hal. Seseorang yang dapat menunggu adalah orang yang mempunyai kepercayaan dan oleh karenanya dia mempunyai kesabaran untuk menunggu. Dia mempunyai kepercayaan karena dia tahu bahwa apa yang sudah dimulai harus berakhir. Tidak dapat berhenti. Oleh karena itu unsur kepercayaan masuk. Kepercayaan adalah apa yang ada di belakang kemampuan untuk menunggu. Kepercayaan dapat memindahkan gunung. Ketika saya mempunyai kepercayaan di dalam DIA, kekuatan Dia harus mengalir ke dalam saya. Hal ini seperti jika ada ruang kosong, maka kekuatan DIA akan ditarik menuju saya.
Menunggu tidak ada batasnya. Oleh karenanya menunggu menanggung atau mengambil bagian atas karakter yang tidak terbatas. Mengingat melakukannya berarti menghabiskan waktu dalam bagian-bagian kecil, bagian-bagian yang berbeda yaitu apa yang kita sebut detik, menit, jam. Jadi lebih jauh dikatakan orang yang menunggu adalah yang mampu berada di dalam ketidak terbatasan. Oleh karena itu Master adalh seorang yang dapat selalu menunggu.
Jadi kemampuna untuk menunggu menunjukkan kesabaran dan kepercayaan, kemampuan menunggu untuk jangka waktu panjang menunjukkan kepercayaan yang lebih besar dan lebih besar. Kemampuan untuk menunggu secara tidak terbatas menunjukkan kepercayaan yang tidak terbatas. Jadi inilah kapasitas yang harus kita kembangkan. Mohon dimengerti bahwa hidup adalah menunggu. Jika kita salah melakukan aktivitas hidup, maka kita lebih bodoh daripada binatang. Menunggu adalah perintah. Memperolehnya bukanlah tanggung jawabmu. Ketika kita menuggu - DIA memberi.
Kita benar-benar membuat sesuatu terjadi tanpa melakukan apapun. Saya tidak memanggil Tuhan untuk masuk ke dalam diri saya. DIA memang sudah berada di sana. Saya bahkan tidak harus membersihkan diri saya. Preceptor dan Master yang akan melakukannya. Saya hanya harus menyerahkan diri saya dengan sabar. Saya harus mau menerima. Satu-satunya cara untuk membuat sesuatu terjadi tanpa melakukan apa-apa adalah dengan meditasi.

Obyek dan metode meditasi.
Dalam sistem kami, abhyasi dianjurkan untuk meditasi pada hati, pikirkan bahwa cahaya Tuhan ada di sana. Tetapi abhyasi diarahkan untuk tidak melihat cahaya dalam bentuk apapun, misalnya seperti sebuah bola lampu atau sebuah lilin dan sebagainya. Dalam hal ini cahaya yang muncul di sana tidak akan nyata. Tetapi orang menggambarkan dengan spekulasi kreativitasnya sendiri. Seorang abhyasi dianjurkan untuk mulai dengan pengandaikan cahaya belaka dengan anggapan Tuhan ada di dasarnya. Apa yang terjadi kemudian adalah kita meditasi terhadap sesuatu yang paling halus yang harus kita peroleh.
Metode meditasi pada hati adalah untuk memikirkan cahaya Tuhan ada di dalam sana. Ketika kamu mulai meditasi dengan cara ini, harap pikirkan bahwa hanya cahaya Tuhan yang ada di dalam sana yang menarik kamu. Jangan hiraukan jika pikiran-pikiran dari luar sering membayangimu selama meditasi. Biarkan mereka datang tetapi terus saja lakukan pekerjaan kamu sendiri. Perlakukan pikiran-pikiran dan gambaran-gambaran itu sebagai tamu yang tidak diundang. Bila walaupun demikian pikrian tersebut masih mengganggu kamu, pikirkanlah bahwa itu adalah pikiran Master, bukan pikiran kamu. Proses meditasi ini sangat efektif dan tidak akan pernah gagal dalam memberikan hasil yang diinginkan.
Kamu hanya harus meditasi. Kamu tidak harus berjuang dengan pikiran-pikiranmu yang biasanya datang selama meditasi. Konsentrasi adalah sebuah hasil yang otomatis dan alami dari suatu meditasi. Mereka yang bersikeras untuk konsentrasi ketika meditasi dan memaksakan untuk melakukannya, biasanya akan menemukan kegagalan. Meditasi terhadap cahaya di dalam hati seperti cahaya Tuhan sendiri yang hadir di dalam hati. Pikirkanlah tentang DIA lagi dan lagi. Pikirkanlah DIA sampai kamu dapat memikirkan DIA terus menerus karena sebagai apa kamu berpikir, kamu akan menjadi seperti yang kamu pikirkan. Dalam sistem ini meditasi hanya pada Yang Tertinggi dan abstrak, karena meditasi pada obyek yang lebih kecil hanya dapat membawa pada prestasi atau pencapaian yang lebih kecil, mengecewakan tujuan yang telah ditentukan.
Master saya mengakui bahwa Yang Paling Tinggi dan abstrak sebagai sebuah obyek meditasi adalah sangat sulit bagi seorang pemula. Oleh karena itu dia menentukan cahaya sebagai obyek pertama, metodenya menjadi membayangkan bahwa hati diterangi dari dalam dengan kehadiran Tuhan yang bertempat tinggal di dalam. Saya harus menekankan bahwa ini hanyalah permulaan dan sebenarnya kita dianjurkan untuk tidak meditasi pada cahaya seperti sebuah sumber cahaya, karena akan menghasilkan hasil yang salah. Hal ini seperti papan menyelam di kolam renang, dimana papan tersebut memungkinkan penyelam untuk memperoleh cukup momentum untuk berangkat dan setelah penyelam berangkat, papan tersebut tidak mempunyai kegunaan lebih banyak lagi buat penyelam.

Apa yang kamu alami dalam meditasi ?
Meditasi dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang mengakibatkan hubungan erat beberapa orang dengan Tuhan. Kita meditasi pada yang abstrak, tidak berbentuk, tidak bernama. Karena Yang Tertinggi tidak mempunyai bentuk dan tidak mempunyai nama, tidak juga mempunyai kwalitas atau lambang-lambang. Oleh karena itu satu ajaran yang penting dari Master saya adalah Tuhan hanya bisa dirasakan dengan kehadirannya. Dan kehadirannya tersebut yang kita coba untuk rasakan selama meditasi. Dan dikatakan, saat kita meditasi dengan mata tertutup, kita mampu menyerap lebih dan lebih banyak intisari dari Tuhan yang kita cita-citakan dan menaikkan diri kita perlahan-lahan sampai saatnya tiba, dengan keagunganNya dan berkatNya kita hampir serupa dengan DIA.
Cahaya di dalam hati adalah konsep yang paling abstrak yang dapat kamu terima. Tidak mempunyai bentuk, tidak mempunyai bahan-bahan, tidak mempunyai berat. Jadi itulah sebagai titik permulaan, setelah meditasi kita berlangsung khusuk dan lebih khusuk, akan mengungkapkan kepada kita dari dalam diri kita sendiri, dengan keagungan Tuhan dan dengan usaha kita, bahwa ini adalah kesatuan dari 2 hal - siapa itu Tuhan atau apa kekayaan Tuhan yang sebenarnya. Dan pasti ada saatnya, ketika suatu hari kita dapat berkata : “Saya mempunyai suatu persangkaan tentang apakah semua itu, bukan karena saya pernah melihatnya atau merabanya tetapi karena saya sudah merasakannya.
Ini adalah pengalaman yang paling sukar dipahami dari semua peristiwa, bahwa saya merasa suci, karena saya adalah kesucian. Jadi Tuhan tidak dapat menjadi obyek dari pengetahuan, tidak dapat menjadi obyek dari penglihatan, tidak dapat diungkapkan dengan penglihatan. Tetapi seperti yang Master saya katakan, ketika kita meditasi dan meditasi tersebut benar dan sukses seperti yang seharusnya, kita lambat laun mengambil apapun yang dapat kita ambil dari sumber keTuhanan, dengan lambat laun menyucikan diri kita sendiri, malahan belum sampai taraf apa-apa orang itu dapat berkata, “Saya adalah Tuhan”. Kamu mungkin seperti Tuhan dalam setiap hal, dalam setiap kwalitas, dalam setiap apapun yang dapat kamu khayalkan. Namun Tuhan adalah Tuhan dan kamu tetap menjadi pengikut yang sederhana - tidak ragu-ragu akan disucikan ke tingkat tertinggi yang memungkinkan - namun demikian, “Dia adalah Dia, saya adalah saya !”.
Selalu coba untuk siap siaga terhadap apa yang terjadi dan sensitivitas akan berkembang. Banyak orang meditasi. Tetapi maaf saya harus katakan bahwa dari mereka tidak tahu apa yang sedang berlangsung dalam sistem selama meditasi. Karena mereka tidak memperhatikan untuk apa ini terjadi. Seseorang harus siap siaga untuk sebuah transmisi dan tindakannya menurut sistem. Baru kesenangan atas meditasi yang sesungguhnya dimulai. Apakah seseorang mempunyai pengalaman atau tidak, transmisi akan bekerja dan melengkapi tugasnya. Tetapi kegembiraan yang sesungguhnya datang saat kita mengetahui apa yang telah kita peroleh.

Apakah biasa untuk merasa sakit kepala, marah, rasa mengantuk yang hebat segera setelah meditasi ?
Ini tidak biasa, tetapi ini kadang-kadang dapat terjadi. Dapat saja terjadi perasaan mengantuk jika kamu merasa khusuk sekali di dalam meditasi. Ketika kamu merasa khusuk di dalam meditasi kehidupan dari jiwa kita mengambil alih. Dan jadi kita ingin menjadi tidak aktif dan oleh karenanya kita ingin berbaring dan tidur dan sesuatu terjadi seperti demikian.
Saya juga selama beberapa tahun merasakan sakit kepala yang hebat setelah meditasi. Makin khusuk meditasinya, semakin kuat sakit kepalanya. Kalau sakit kepala datang, kita membetah-betahkan atau menahan saja. Kemarahan juga kadang-kadang datang karena alasan yang sama seperti ras mengantuk atau kelesuan. Karena menuruti meditasi yang baik, kita berharap untuk santai dan tenang, dan ketika teman kita, saudara-saudara datang dan mengganggu kita, kita merasa jengkel. Semua ini dalam beberapa hal berhubungan dengan alasan yang sama. Tetapi kita tidak harus peduli dengan hal tersebut.

Cara untuk meditasi
Ada 3 cara meditasi. Pertama, kita duduk sebagai abhyasi dan meditasi pada cahaya di dalam hati. Kedua adalah tingkatan yang lebih tinggi ketika kita berpikir, saya maksud ketika kita duduk dalam meditasi dan meditasi pada bentuk Master, di dalam hati. Tahap ketiga adalah ketika Master mulai meditasi pada abhyasi. Dan ini kejadian yang sangat jarang terjadi. Kamu lihat seorang seperti itu harus dilahirkan dan Master sungguh diberkati ketika dia memperoleh seorang murid pada siapa Master harus meditasi !

Dapatkah saya meditasi pada bentuk Master ?
Meditasi pada bentuk Master dianggap untuk dimulai hanya jika bentuk tersebut muncul secara spontan di hadapan kita dan itupun harus secara alami. Jika kamu mencoba memaksakan bentuk tersebut pada dirimu sendiri untuk meditasi, ini tidaklah alami. Tentu saja Babuji memulai meditasi pada bentuk Masternya sejak hari pertama. Untuk yang lainnya seperti kita, kita harus menunggu sampai kesetiaan kita kepada Master begitu besar, cinta kita kepada Dia begitu besar, baru saat itu ketika kita mencari cahaya di dalam hati, kita melihat Dia di sana.
Yang kedua adalah saat suatu bentuk muncul, kita harus meditasi pada seluruh bentuk, bukan hanya pada wajahnya. Harus dari kaki sampai ke ujung kepala, semuanya harus ada di sana. Sekarang ketika hal tersebut dibuat-buat, dan orang mengambil bentuk Master untuk meditasi, mereka hanya mengambil wajahnya saja. Untuk Master, Babuji, hal tersebut mungkin terjadi, karena saat Babuji melihat Masternya, Babuji mengembangkan 100 % kesetiaan untuk Dia. Oleh karena itu Dia dapat mulai meditasi pada bentuk Masternya. Hal ini tidak berlaku untuk kita semua. Ada tahap ketiga. Dan itu ketika bentuk tersebut juga menghilang dari hati. Dan saya pikir kita sampai pada tingkatan yang Master sebut cahaya tanpa kilauan. Jadi kita mempunyai tingkat pertama yaitu cahaya di dalam hati, ketika seseorang kadang-kadang melihat cahaya itu sendiri sebagai sesuatu yang berkilauan. Setelah kita maju, menjadi cahaya yang tanpa ciri-ciri apapun, hanya pikiran bahwa cahaya ada di sana.
Jadi pada tingkat pertama kita mempunyai semacam pengilangan dari cahaya yang lebih kotor menjadi cahaya yang halus sekali. Baru pikiran atas kesetiaan, membawa Master masuk ke dalam hati. Dan kebanyakan jika tidak semua abhyasi, hal ini berhenti sampai di situ. Maksud saya, pikiran tentang Master di dalam hati, kehadiran Master berlangsung terus menerus, kamu lihatlah.
Tingkat ketiga, ketika bentuk juga menghilang, tidak ada apa-apa di dalam hati, tidak ada cahaya, tidak ada bentuk, tidak ada apa-apa. Saya pikir itulah yang paling sulit dan kondisi yang sangat jarang. Ini juga sangat sulit karena harus meditasi pada yang tidak ada apa-apanya atau tidak apa-apa sama sekali hampir tidak mungkin. Kesulitan lain adalah kita menjadi terikat dalam cara yang emosional kepada bentuk dari Master dan kita tidak bersedia untuk melepaskannya. Saya pikir tingkat ketiga hanya memungkinkan saat kita dapat mencintai Master tanpa mencintai bentuk dirinya. Saya akan menganjurkan bahwa syarat dari semua cinta, bahwa cinta atas bentuknya dipindahkan menjadi cinta pada intisarinya yang tidak mempunyai bentuk.

Apa yang akan kita peroleh dengan meditasi ?
Langkah pertama daru Yoga Sahaj Marg adalah, “Coba untuk membawa semua pikiran menjadi satu sorotan yang padat dan memfokuskan padanya. Dan aktivitas meditasi diduga akan diperoleh di sini. Kita mencoba untuk meditasi pada satu obyek, dan menahan pikiran di sana dengan suatu usaha atas kemauan/hasrat. Dengan demikia menguatkan pikiran dengan menggunakan kemauan. Dan pengulangan pemakaian kemauan, menguatkan kemauan tersebut kepada hasil yang lebih besar. Dan ketika kita sudah mampu mencapai ini, kita mempunyai sebuah pikiran yang telah mempunyai sebuah sorotan padat terfokus di belakangnya, dan kemudian menjadi alat dari pembukaan rahasia dalam banyak hal pada apapun yang kamu pergunakan akan membuka sendiri.
Dengan memasterkan kemampuan untuk berpikir terus menerus atas sesuatu, saya memperoleh pengaturanyang teratur terhadap pikiran saya sendiri. Sekarang saya mempunyai kemungkinan untuk menggunakan pikiran kemanapun saya pilih. Ini mampu menyatakan kepada saya kebenaran dari apapun yang saya cari. Jadi pada puncaknya meditasi tidak dapat melakukan apa-apa tetapi dijalankan sebagai alat untuk pembukaan rahasia. Karena pikiran disempurnakan, pikiran diatur dan pikiran menjadi satu titik dan sekarang saya dapat menggunakan untuk segalanya. Kecuali untuk mengetahui Tuhan, karena Tuhan bukanlah sebuah obyek, tidak dapat menjadi obyek dari konsentrasi. Oleh karena itu tidak ada konsentrasi dapat pernah mengungkapkan kehadiran Tuhan. Konsentrasi tidak dapat melakukan apa-apa tetapi menampakkan yang mana yang dalam warna sebenarnya.
Dalam meditasi kita masuk menuju pusat, melihat ke dalam hati. Untuk membuat ini mungkin, kita katakan, “Bayangkan cahaya suci,” kehadiran cahaya ada di sana. Ini hanya pengandaian belaka. Karena ini sesuatu pada apa untuk memfokuskan perhatian saya dan melatih pikiran saya untuk melihat ke dalamnya. Dan ketika saya sudah melatih pikiran saya untuk melihat ke dalam, ini dapat terjun ke dalam keabadian tanpa mencari sebuah obyek. Karena di sana tidak ada obyek. Pusat bukanlah sebuah tempat. Itu bukanlah apa-apa. Itu bukanlah sebuah lokasi dalam rauangan atau dalam waktu. Jadi bagaimana untuk mencarinya ? Bagaimana untuk menunggunya ? Bagaimana untuk memintanya? Kapan? Bagaimana? Mengapa? Semua ini mudah ketika kita duduk dalam meditasi.

KEBUTUHAN AKAN SEORANG GURU

“Di dalam spiritualiti kita butuh seorang guru melebih segala sesuatu
karena Dialah sistem yang hidup !
Kekuasaannya adalah kekuasaan yang hidup !
Pertumbuhannya adalah sebuah pertumbuhan yang hidup yang kita imbangi
dengan pertumbuhan kita sendiri.
Jadi spiritualiti adalah sebuah proses. Adalah sebuah metode pelatihan.
Ini adalah sebuah jalan kehidupan.
Dan ini membawa kita kepada apa yang Master namakan Kenyataan.
Kemudian kamu bejalan terus menerus.
Kenyataan membawa kepada kebahagiaan.”


SETIAP MEDITASI ADALAH SEBUAH LATIHAN DALAM KEMATIAN

Dalam agama Hindu, kami mempunyai anggapan bahwa pada saat seorang anak dilahirkan, berarti ia telah mulai untuk mati. Menurut saya, ini adalah suatu kenyataan. Tidak berarti ia akan meninggal 60 tahun kemudian atau 100 tahun kemudian. Ia sudah memulai untuk meninggal. Hal ini seperti saat kamu memutar sebuah jam, maka jam tersebut telah memulai untuk istirahat.
Jadi kapankah kematian ? Kematian adalah saat kamu dilahirkan. Dengan efektif inilah kematian. Kelahiran adalah kematian. Tentu saja akan memerlukan waktu. Semuanya akan diambil. Tidak ada apa-apa lagi. Mungkin memerlukan waktu 60 tahum, mungkin 3 hari, mungkin 17 tahun, mungkin 124 tahun. Tetapi kematian telah terjadi. Pada saat kamu dilahirkan, kamu benar-benar telah mati. Tetapi kita berpikir inilah kehidupan. Sekarang menurut kebalikannya, pada saat saya mati, kehidupan saya dimulai. Itu yang saya takutkan, ini yang saya suka. Sekarang lihatlah betapa bodohnya pendapat ini.
Kita dilahirkan karena kita mempunyai samskara tertentu yang membuat perlu bagi kita untuk datang dan hidup lagi, dan belajar pelajaran yang kita harus pelajari lagi. Kesalahan-kesalahan yang kita telah perbuat di masa lampau pada jalan kita, jalan evolusioner kita, harus kita perbaiki.
Jadi dalam kehidupan ini ada sebuah tujuan, ketika kita tidak dapat belajar lagi, ketika kita sudah penuh seperti yang seharusnya. Sehingga jiwa dengan kebijaksanaannya yang tidak terbatas berkata, “Cukup, sekarang saya harus berubah”. Jiwa akan mengosongkan tubuh ini, dan jika harus kembali lagi untuk belajar pelajaran-pelajarannya, maka jiwa akan memilih lingkungan yang berikutnya, tubuh yang berikutnya, semua yang diperlukannya. Jadi inilah pilihan kita. Kita memilih berapa lama kita harus hidup, dimana kita harus hidup, pada siapa kita harus dilahirkan. Jiwalah yang memilih segalanya.
Tetapi apa yang terjadi ? Setelah kit dilahirkan, kembali dunia yang diberkati ini menguasai kita. Kembali keinginan-keinginan mulai tumbuh subur, godaan mulai muncul, dan pelajaran yang sudah dibuat menjadi hilang dan kita sekarang berada di jalan yang salah, sehingga pelajaran tentang kehidupan tidak dipelajari. Kehidupan kita menjadi sia-sia. Dengan demikian kematian kita menjadi sia-sia, karena kita mati hanya untuk hidup lagi. Kita mati agar kita dapat membangun untuk diri kita sendiri kesempatan baru untuk berkembang. Dan kesempatan itu kita sendiri yang merusaknya.
Jika kita berpikir tentang kematian dengan cara yang benar, kita harus mengatakan kepada diri kita sendiri, “Kita telah membuang-buang hidup kita, marilah kita jangan membuang-buang kematian kita”. Tahukah kamu ini harus menjadi pikiran kita yang terakhir. Karena apa yang tidak dapat saya capai dalam hidup, tentu saja dapat saya capai dalam kematian lagi, jika saya tahu apa yang saya lakukan. Oleh karena itu pada saat kematian, perlu untuk paling tidak ‘sadar akan tujuan dan mati’.
Untuk memastikan bahwa kita mempunyai pikiran yang benar pada saat pelepasan, semua hal inilah yang harus kita lakukan - Meditasi, Ingatan terus menerus, mengembangkan cinta untuk Master. Jadi jika kita telah menetapkannya sebagai kebenaran yang terus menerus dalam kehidupan kita, pikiran tersebut tidak dapat meninggalkan kita pada saat kita mati. Kita harus mati dengan pikiran dan kondisi ini.
Dan oleh karenanya tidak ada lagi pertanyaan mengenai dilahirkan kembali dan tidak diangkat. Agama Hindu berkata, bahkan jika kamu tidak mampu melakukan ini, tetapi pada akhir kehidupan kamu dan pada saat itu kamu mampu berpikir tentang Tuhan dalam bentuknya yang mutlak, yang mana tidak berbentuk, tidak ada lambang-lambang, keberadaannya tidak bernama, maka hal ini juga dimungkinkan terjadi.
Tahuka kamu bahwa kematian tidaklah ada. Jika saya melepaskan kemeja saya dan meletakkannya di keranjang baju, hal ini tidak berarti semua sudah mati. Tidak juga berarti saya telah mati. Kedua-duanya masih ada. Yang terjadi hanyalah mereka tidak bersama-sama. Kemeja ada di suatu tempat, saya ada di suatu tempat lain. Apa yang harus dikhawatirkan ? Apa yang harus ditakutkan ?
Selama kita takut untuk mati, kit tidak akan dilepaskan, tetapi kita akan terus dipenjara di dalam lingkaran kelahiran dan kematian yang mana sangat kita takutkan. Ini berarti seseorang yang takut untuk mati akan harus mati lagi dan mati lagi sampai dia kehilangan ketakutannya.
Setiap meditasi adalah sebuah pelatihan untuk mati. Karena saat kamu pergi sangat dalam, masuk ke dalam dirimu sendiri dan setelah itu kamu keluar dan berkata, “Saya sudah terserap. Saya tidak tahu dimana saya. Saya bahkan tidak tahu apakah saya sedang tidur atau sedang meditasi.” kamu sungguh -sungguh tidak di sana. Dalam arti kamu mati di dalam kehidupan ini. Oleh karena itu meditasi adalah latihan di dalam kematian. Dan jika kamu telah melakukan ini dengan benar, kita seharusnya menjadi tuan dari kematian, tuan atas tindakan kematian, seseorang dapat mati ketika dia menginginkannya, seseorang dapat mati ketika dia memilihnya, kembali lagi dan kembali lagi jika dia menginginkannya. Jadi kematiannya bukanlah benar-benar sebuah kematian.
“ITU yang tidak pernah terjadi, seharusnya tidak pernah ada : ITU yang hari ini harus ada dan akan pernah ada,” kata sebuah Upanishad kuno. Jiwa adalah abadi. Jiwa adalah bagian dari intisari yang suci, yang terakhir, yang nyata, yang bersifat keTuhanan.
Tuhan tidak dilahirkan, Dia tidak mati. Oleh karena itu saya tidak dilahirkan, saya tidak dapat mati. Semua yang saya lihat dan alami atas kelahiran dan kematian adalah problem saya yang dijatuhkan kepada saya dengan pengamatan saya, orang-orang dilahirkan dan orang-orang mati. Oleh karena itu saya berpikir saya dilahirkan dan saya akan mati. Kenyataannya adalah tubuh saya masuk ke dalam kehidupan dan akan berhenti. Saya ini abadi.

Satu-satunya cara untuk mengatasi kematian adalah
jatuh pada kakinya dan berkata,
“Master, bawalah saya: sebelum kematian mengambil saya,
Engkau bawalah saya.”

sumber : http://www.srcm.org/centers/as/id/MEDITASI.htm